BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng dunia, yaitu
Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Australia yang bergerak saling
bertumbukan. Akibat tumbukan antara lempeng itu maka terbentuk palung samudera,
lipatan, pegunungan dan patahan dibusur kepulauan, sebaran gunung api, serta
sebaran sumber gempa bumi. Gunung api yang ada di Indonesia berjumlah 129.
Angka itu merupakan 13% dari jumlah gunung api aktif didunia. Dengan demikian
Indonesia rawan terhadap bencana letusan gunung api dan gempa bumi.
Di beberapa pantai dengan bentuk pantai sedang hingga
curam, jika terjadi gempa bumi dengan sumber yang berada didasar laut atau
samudera dapat menimbulkan gelombang tsunami. Jenis tanah pelapukan yang sering
kita jumpai di Indonesia adalah hasil letusan gunung berapi. Tanah ini memiliki
komposisi sebagian besar lempung dengan sedikit pasir dan bersifat subur. Tanah
pelapukan yang berada diatas batuan kedap air pada perbukitan atau pegunungan
dengan kemiringan sedang hingga terjal berpotensi mengakibatkan tanah longsor
pada musim hujan dengan curah hujan berkuantitas tinggi. Dan apabila perbukitan
tersebut tidak ada tanaman keras berakar kuat dan dalam, maka kawasan tersebut
rawan bencana tanah longsor. Sebagian tanah di Indonesiajuga merupakan tanah
yang berasal dari endapan sungai yang dapat mengalami penurunan. Jika
intensitas air terlalu tinggi bisa dipastikan daerah tersebut akan rawan
bencana banjir karena penurunan tanah sehingga menjadi dataran rendah.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan diatas,
maka kami merumuskan masalah yang perlu ditanggulangi, sebagai berikut :
1.
Apa definisi bencana alam?
2.
Bencana alam apa saja yang sering terjadi di Indonesia
dan faktor apa saja yang menyebabkan bencana tersebut terjadi ?
3.
Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari
terjadinya bencana tersebut ?
C. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas dari mata kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup. Dan memberikan wawasan
serta pengetahuan seputar lingkungan hidup yang ada disekitar kita, sehingga
mampu merealisasikan dan melestarikan lingkungan hidup agar tetap terjaga dan
terlindungi.
D. Manfaat
Adapun manfaat yang dapat kita ambil dari Pendidikan Lingkungan Hidup yaitu
dapat mengembangkan pemahaman kita tentang arti pentingnya lingkungan hidup.
Membuat masyarakat lebih peka serta peduli terhadap lingkungan yang ada
disekitar kita. Dan bersama-sama membangun kembali lingkungan hidup yang lambat
laun semakin terbengkelai dan mulai terjadi kerusakan akibat aktivitas manusia
yang tidak mencerminkan cinta lingkungan.
BABII
PEMBAHASAN
A.
Devinisi Bencana Alam
Berdasarkan
UU 24/2007/tentang Penanggulangan Bencana, yang dimaksud dengan :
·
Bencana adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor
non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
·
Bencana alam adalah
bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus,
banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor.
·
Mitigasi adalah
serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana.
B.
Macam-macam Bencana Alam
B.1 GEMPA BUMI
1.
Pengertian
Gempa bumi adalah getaran yang dirasakan di permukaan bumi yang disebabkan
oleh gelombang seismic dari sumber gempa di dalam lapisan kulit bumi. Pusat atau sumber gempa bumi yang letaknya di dalam
bumi disebut hiposentrum. Daerah
permukaan bumi ataupun di dasar laut yang merupakan tempat pusat getaran bumi
merambat disebut episentrum.
Gempa bumi adalah getaran bumi atau
getaran kulit bumi secara tiba-tiba, bersumber
pada lapisan kulit bumi (litosfer)
bagian dalam, dirambatkan oleh kulit bumi ke permukaan bumi. Gempa bumi disebabkan adanya pelepasan energi yang menyebabkan
dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam kulit bumi secara tiba-tiba. Gempa bumi termasuk bagian dari tenaga endogen yang
merusak, menyimpang
dari sifat tenaga endogen pada umumnya, yaitu membangun tetapi merupakan gejala sampingan
tenaga endogen yaitu tektonisme dan vulkanisme.
2.
Penyebab terjadinya
ð Gempa
Vulkanisme.
Gempa vulkanisme terjadi karena
meletusnya gunung berapi. Kalau gunung api akan meletus timbullah tekanan gas
dari dalam sumbat kawah. Tekanan itu menyebabkan terjadinya getaran yang
disebut gempa bumi. Gempa bumi ini hanya terdapat di daerah sekitar gunung api
yang meletus. Gempa bumi ini lebih bahaya dari gempa bumi runtuhan.
ð Gempa
Runtuhan (guguran)
Gempa bumi runtuhan terjadi karena guguran
atau runtuhan tanah atau runtuhnya bagian atas litosfer karena sebelah dalam
berongga. Daerah yang terjadi gempa guguran adalah daerah tambang yang
berbentuk terowongan, pegunungan kapur atau lubang di dalam pegunungan kapur.
Kadang-kadang terdapat gua yang terjadi karena pelarutan. Jika atap gua
tersebut runtuh, maka timbullah gempa bumi. Bahaya yang di akibatkan gempa bumi
runtuhan kecil, umumnya gempa runtuhan terjadi pada wilayah lokal.
ð Gempa
Tektonik.
Gempa bumi tektonik disebabkan oleh gerak
lempeng tektonik dan merupakan akibat dari gerak orogenetik. Daerah yang sering
kali mengalami gempa ini adalah daerah pegunungan lipatan muda, yaitu daerah
rangkaian mediterania dan rangkaian sirkum pasifik. Bahaya gempa ini besar
sekali sebab lapisan bumi dapat mengalami lipatan patahan, retakan atau
bergeser. Karena gempa ini selalu mengakibatkan pergeseran muka bumi, maka
gempa ini di sebut juga gempa dislokasi. Dislokasi berasal dari kata Dis
artinya terpisah, iocare artinya tempat. Jadi, timbulnya getaran itu karena
retakan kulit bumi atau terpisahnya kulit bumi dari kedudukan semula.
ð Ledakan Nuklir
Gempa ini terjadi disebabkan oleh
peledakan nuklir. Pada umumnya peristiwa ini terjadi pada negara-negara
yang sedang perang atau yang melakukan percobaan hasil rakitnya. Kekuatan gempa
ini tergantung dari kekuatan dari hantaman nuklir tersebut.
3.
Proses perambatan
ð Getaran
Longitudinal (merapat-merenggang).
Yaitu getaran yang berasal dari hiposentrum
dan bergerak melalui dalam bumi. Kecepatan getaran ini besar sekali yakni 7-14
km/jam. Getaran ini
datang paling awal dan merupakan getaran pendahuluan yang pertama. Itulah
sebabnya disebut juga getaran primer. Getaran ini belum menimbulkan kerusakan.
ð Getaran Transversal (naik-turun).
Getaran ini berasal dari hiposentrum dan
bergerak melalui bagian dalam bumi. Kecepatan getaran ini antara 4-7km/jam. Getaran ini
datang setelah getaran longitudinal dan
merupakan getaran pendahuluan kedua. Itulah disebut getaran sekunder (s).
Getaran ini belum menimbulkan kerusakan.
ð Getaran
Gelombang Panjang.
Getaran ini berasal dari episentrum dan
bergerak melalui permukaan bumi. Kecepatan getaran ini antara 3,8-3,9 km/jam.
Getaran ini datang paling akhir, tetapi merupakan getaran pokok. Getaran inilah
yang menimbulkan kerusakan.
4.
Akibat
ð Dampak fisik :
-
Bangunan roboh.
-
Kebakaran.
-
Jatuhnya korban jiwa.
-
Tanah longsor akibat goncangan.
-
Permukaan tanah menjadi merekat dan
jalan menjadi putus.
-
Banjir akibat rusaknya tanggul.
-
Gempa dasar laut menyebabkan tsunami.
ð Dampak sosial :
-
Kemiskinan.
-
Kelaparan.
-
Menimbulkan penyakit.
-
Bila pada skala yang besar(menimbulkan tsunami yang besar).
-
Dapat melumpuhkan politik, sistem ekonomi, dll.
5.
Mitigasi
Mitigasi struktural, sebagai berikut :
a.
Harus di bangun dengan konstruksi
tanah getaran atau gempa khususnya di daerah rawan gempa.
b.
Perkuatan bangunan dengan mengikuti
standar atau kualitas bangunan.
c.
Pembangunan fasilitas umum dengan kualitas tinggi.
d.
Perkuatan
bangunan vital yang telah ada.
e.
Zonasi
daerah rawan gempa bumi dan pengaturan pegunungan lahan.
f.
Rencana
penempatan pemukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan hunian di daerah rawan
gempa bumi.
g.
Pendidikan
dan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya gempa bumi dan cara-cara
penyelamatan diri jika terjadi gempa bumi.
h.
Ikut serta dalam pelatihan program,
upaya penyelamatan, kewaspadaan masyarakat terhadap gempa bumi, pelatihan
pemadam kebakaran, dan pertolongan pertama.
i.
Persiapan alat pemadam kebakaran,
peralatan penggalian, dan peralatan perlindungan masyarakat lainnya.
j.
Rencana sedaruratan untuk melatih
anggota pelage dalam menghadapi gempa bumi.
k.
Membentuk kelompok aksi penyelamatan bencana dengan
pelatihan pemadam kebakaran dan pertolongan pertama.
B.2 TANAH LONGSOR
1.
Pengertian
Tanah longsor atau dalam bahasa Inggris disebut Landslide,
adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan,
tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng.
Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang
meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus
sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah
menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan
keluar lereng.
2.
Penyebab terjadinya
Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong
pada lereng lebih besar daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi
oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi
oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan. Berikut penyebab terjadinya
tanah longsor :
a.
Hujan.
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November
karena meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan
menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Hal
itu mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan
dan merekahnya tanah permukaan.
Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak sehingga
tanah dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan, intensitas hujan
yang tinggi biasanya sering terjadi, sehingga kandungan air pada tanah menjadi
jenuh dalam waktu singkat.
Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena
melalui tanah yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng,
sehingga menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaannya, tanah
longsor dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga
akan berfungsi mengikat tanah.
b.
Lereng terjal.
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya
pendorong. Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air,
air laut, dan angin.Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180
apabila ujung lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.
c.
Tanah yang kurang padat dan tebal.
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah
liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah
jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi
hujan. Selain itu tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah
karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlalu panas.
d.
Batuan yang kurang kuat.
Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir
dan campuran antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan
tersebut akan mudah menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan umumnya
rentan terhadap tanah longsor bila terdapat pada lereng yang terjal.
e.
Jenis tata lahan.
Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan,
perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal.Pada lahan
persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah
menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah terjadi longsor.Sedangkan
untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus
bidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.
f.
Getaran.
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan, getaran mesin, dan getaran
lalulintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan
jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi retak.
g.
Susut muka air danau atau bendungan.
Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya
penahan lereng menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi
longsoran dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.
h.
Adanya beban tambahan.
Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan
kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di
sekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya
penurunan tanah dan retakan yang arahnya ke arah lembah.
i.
Pengikisan atau erosi.
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing.
Selain itu akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan
menjadi terjal.
j.
Penggundulan hutan.
Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif
gundul dimana pengikatan air tanah sangat kurang.
k.
Adanya material timbunan pada tebing.
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya
dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut belum
terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga
apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan
tanah.
l.
Daerah pembuangan sampah
Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah
dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah dengan
guyuran hujan, seperti yang terjadi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah
Leuwigajah di Cimahi.Bencana ini menyebabkan sekitar 120 orang lebih meninggal.
3.
Gejala umum
Gejala-gejala umum yang biasanya timbul sebelum terjadinya
bencana tanah longsor adalah :
ð Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan
arah tebing.
ð Biasanya terjadi setelah hujan.
ð Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.
ð Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.
ð Jika
musim hujan biasanya air tergenang, menjelang bencana itu, airnya langsung
hilang.
ð Pintu
dan jendela yang sulit dibuka.
ð Halaman/dalam
rumah tiba-tiba ambles.
ð Runtuhnya
bagian tanah dalam jumlah besar
4.
Mitigasi
Tahapan Mitigasi Bencana Tanah Longsor antara lain, sebagai
berikut :
a.
Pemetaan.
Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana
alam geologi di suatu wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat dan atau
pemerintah kabupaten/kota dan provinsi sebagai data dasar untuk melakukan
pembangunan wilayah agar terhindar dari bencana.
b.
Penyelidikan.
Mempelajari penyebab dan dampak dari suatu bencana sehingga
dapat digunakan dalam perencanaan penanggulangan bencana dan rencana
pengembangan wilayah.
c.
Pemeriksaan.
Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana,
sehingga dapat diketahui penyebab dan cara penanggulangannya.
d.
Pemantauan.
Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah
strategis secara ekonomi dan jasa, agar diketahui secara dini tingkat bahaya,
oleh pengguna dan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut.
e.
Sosialisasi.
Memberikan pemahaman kepada Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota
atau Masyarakat umum, tentang bencana alam tanah longsor dan akibat yang
ditimbulkannnya. Sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara antara lain,
mengirimkan poster, booklet, dan leaflet atau dapat juga secara langsung kepada
masyarakat dan aparat pemerintah.
f.
Pemeriksaan bencana longsor.
Bertujuan mempelajari penyebab, proses terjadinya, kondisi
bencana dan tata cara penanggulangan bencana di suatu daerah yang terlanda
bencana tanah longsor.
Tindakan yang dapat dilakukan selama dan
setelah tanah longsor terjadi, antara lain :
a.
Tanggap darurat.
Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah
penyelamatan dan pertolongan korban secepatnya supaya korban tidak bertambah.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain:
1)
Kondisi medan
2)
Kondisi bencana
3)
Peralatan
4)
Informasi bencana
b.
Rehabilitasi.
Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi
sosial, ekonomi, dan sarana transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan tanah
longsor dan teknik pengendaliannya supaya tanah longsor tidak berkembang dan
penentuan relokasi korban tanah longsor bila tanah longsor sulit dikendalikan.
c.
Rekonstruksi.
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan
longsor tidak menjadi pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang
disebabkan oleh tanah longsor, karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang
dibangun pada jalur tanah longsor hampir 100%.
B.3 TSUNAMI
1. Pengertian Tsunami
Tsunami (bahasa Jepang: tsu = pelabuhan, nami =
gelombang, secara harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan"). Tsunami adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba.
2. Penyebab Tsunami
Tsunami terjadi karena adanya gangguan
impulsef terhadap air laut akibat terjadinya perubahan bentuk dasar laut secara
tiba-tiba. Ini terjadi karena tiga sebab, yaitu : gempa bumi, letusan gunung api
dan longsoran (land slide) yang terjadi di dasar laut. Dari ketiga penyebab
tsunami, gempa bumi merupakan penyebab utama. Besar kecilnya gelombang tsunami
sangat ditentukan oleh karakteristik gempa bumi yang menyebabkannya.
Bagian terbesar sumber gangguan implusif
yang menimbulkan tsunami dahsyat adalah gempa bumi yang terjadi di dasar laut. Walaupun
erupsi vulkanik juga dapat menimbulkan tsunami dahsyat.
Gempa bumi di dasar laut ini menimbulkan
gangguan air laut, yang disebabkan berubahnya profil dasar laut. Profil dasar laut
ini umumnya disebabkan karena adanya gempa bumi tektonik yang bisa menyebabkan gerakan
tanah tegak lurus dengan permukaan air laut atau permukaan bumi. Apabila gerakan
tanah horizontal dengan permukaan laut, maka tidak akan terjadi tsunami.
Apabila gempa terjadi di dasar laut,
walaupun gerakan tanah akibat gempa ini horizontal, tetapi karena energi gempa besar,
maka dapat meruntuhkan tebing-tebing (bukit-bukit) di laut, yang dengan sendirinya
gerakan dari runtuhan ini adalah tegak lurus dengan permukaan laut. Sehingga walaupun
tidak terjadi gempa bumi tetapi karena keadaan bukit/tebing laut sudah labil, maka gaya gravitasi dan arus laut sudah bisa menimbulkan
tanah longsor dan akhirnya terjadi tsunami
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut
serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat
menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya,
dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang
berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi mega tsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.
3.
Tanda-Tanda Bencana Tsunami
a.
Diawali adanya gempa bumi. Bila Anda tinggal di dekat pantai, sebaiknya berhati-hati bila terjadi gempa bumi. Tsunami biasanya terjadi karena adanya gempa bumi yang terjadi di bawah atau di dekat laut. Tidak hanya gempa yang terjadi di daerah Anda, tetapi juga di seluruh dunia. Gempa ribuan kilometer jauhnya dapat menyebabkan potensi tsunami yang mematikan.
b.
Dengarkan suara-suara gemuruh. Banyak korban tsunami telah mengatakan bahwa datangnya gelombang tsunami diawali dengan suara gemuruh yang keras mirip dengan kereta barang.
c.
Perhatikan penurunan air laut. Jika ada penurunan air laut yang cepat dan bukan merupakan waktu air laut surut, maka segeralah mencari tempat perlindungan yang tinggi. Sebelum terjadi gelombang tsunami, air laut akan terlebih dahulu surut dengan cepat dan kemudian kembali dengan kekuatan yang sangat besar.
d.
Selalu waspada pada gelombang pertama. Gelombang tsunami pertama tidak selalu yang paling berbahaya,
sehingga tetap mendekatkan diri dari garis pantai sampai keadaaan benar-benar aman. Jangan berasumsi bahwa karena tsunami kecil di satu tempat maka akan kecil juga pada daerah yang lain. Ukuran gelombang tsunami bervariasi dan tidak sama di semua lokasi. Gelombang tsunami juga bisa melakukan perjalanan melalui sungai-sungai yang terhubung ke laut.
Selain tanda-tanda tersebut, alam juga bisa memberi tanda sebelum terjadinya bencana, seperti gerakan angin yang tidak biasa, tekanan udara atau cuaca yang ekstrem dan perilaku hewan yang berubah. Sebagai contoh perilaku hewan yang berubah yaitu: beberapa kelelawar, yang aktif di malam hari dan biasanya tidur di siang hari, menjadi sangat aktif setengah jam sebelum gelombang tsunami datang.
4.
Dampak Bencana Tsunami
a.
Banjir dan gelombang pasang
b.
Kerusakan pada berbagai infrastruktur
c.
Pencemaran air bersih
d.
Korban jiwa ancaman kesehatan
e.
Mewabahnya virus dan gangguan penyakit
5.
Cara Menanggulangi Bencana Tsunami
Sebelum :
a.
Jangan panik.
b.
Jangan menjadikan gelombang tsunami sebagai tontonan. Apabila gelombang tsunami dapat dilihat, berarti kita berada di kawasan yang berbahaya.
c.
Jika air laut surut dari batas normal, tsunami mungkin terjadi.
d.
Bergeraklah dengan cepat ke tempat yang lebih tinggi, ajaklah keluarga dan orang di sekitar turut serta. Tetaplah di tempat yang aman sampai air laut benar-benar surut. Jika Anda sedang berada di pinggir laut atau dekat sungai, segera berlari sekuat-kuatnya ke tempat yang lebih tinggi. Jika memungkinkan, berlarilah menuju bukit yang terdekat.
e.
Jika situasi memungkinkan, pergilah ke tempat evakuasi yang sudah ditentukan.
f.
Jika situasi tidak memungkinkan untuk melakukan tindakan seperti di atas, carilah bangunan bertingkat yang bertulang baja (ferroconcrete building),
gunakan tangga darurat untuk sampai ke lantai yang paling atas (sedikitnya sampai ke lantai 3).
g.
Jika situasi memungkinkan, pakai jaket hujan dan pastikan tangan Anda bebas dan tidak membawa apa-apa.
Sesudah :
a.
Ketika kembali ke rumah jangan lupa memeriksa kerabat satu per satu.
b.
Jangan memasuki wilayah yang rusak, kecuali setelah dinyatakan aman.
c.
Hindari instalasi listrik.
d.
Datangi posko bencana untuk mendapatkan informasi.
e.
Jalinlah kerja sama terhadap warga sekitar.
B.4 GUNUNG MELETUS
1. Pengertian
Menurut
Permen PU No. 21/PRT/M/2007 pasal 1, yang dimaksud dengan kawasan rawan letusan gunung berapi adalah kawasan
yang sering atau berpotensi
tinggi mengalami bencana letusan gunung berapi.
2. Tipologi Kawasan Gunung Berapi
ð
Tipe A
a.
Kawasan yang berpotensi terlanda
banjir lahar dan tidak menutup kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas
dan aliran lava.
b.
Kawasan yang memiliki tingkat
resiko rendah (berjarak cukup jauh) dari sumber letusan, melanda kawasan
sepanjang aliran sungai yang dilaluinya, pada saat bencana letusan, masih
memungkinkan manusia untuk menyelamatkan diri sehingga risiko terlanda bencana
masih dapat dihindari).
ð
Tipe B
a.
Kawasan yang berpotensi terlanda
awan panas, aliran lahar dan lava, lontaran atau guguran batu pijar, hujan abu
lebat, hujan lumpur (panas), aliran panas dan gas beracun.
b.
Kawasan yang memiliki tingkat
risiko sedang (berjarak cukup dekat dengan sumber letusan, risiko manusia untuk
menyelamatkan diri pada saat letusan cukup sulit, kemungkinan untuk terlanda
bencana sangat besar).
ð
Tipe C
a.
Kawasan yang sering terlanda awan
panas, aliran lahar dan lava, lontaran atau guguran batu (pijar), hujan abu
lebat, hujan abu lebat, hujan lumpur (panas), aliran panas dan gas beracun.
Hanya diperuntukkan bagi kawasan rawan letusan gunung berapi yang sangat giat
atau sering meletus.
b.
Kawasan yang memiliki risiko
tinggi (sangat dekat dengan sumber
letusan. Pada saat terjadi aktivitas magmatis, kawasan ini akan dengan cepat terlanda
bencana, makhluk hidup yang ada disekitarnya tidak mungkin untuk menyelamatkan
diri).
3.
Tingkat Isyarat Gunungapi
Di Indonesia
STATUS
|
MAKNA
|
TINDAKAN
|
NORMAL
|
1.
Tidak ada gejala aktivitas
tekanan magma
2.
Level aktivitas dasar
|
a.
Pengamatan rutin
b.
Survei dan penyelidikan
|
WASPADA
|
1.
Ada aktivitas apa pun bentuknya
2.
Terdapat kenaikan aktivitas di
atas level normal
3.
Peningkatan aktivitas seismik
dan kejadian volkanis lainnya
4.
Sedikit perubahan aktivitas
yang diakibatkan oleh aktivitas magma tektonik dan hidrotermal
|
a.
Penyuluhan / sosialisasi
b.
Penilaian bahaya
c.
Pengecekan sarana
d.
Pelaksanaan piket terbatas
|
SIAGA
|
1.
Menandakan gunung berapi yang
sedang bergerak ke arah letusan atau menimbulkan bencana
2.
Peningkatan intensif kegiatan
seismik
3.
Semua data menunjukkan bahwa
aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang
menimbulkan bencana
4.
Jika tren peningkatan
berlanjut, letusan dapat terjadi dalam waktu 2 minggu
|
a.
Sosialisasi di wilayah terancam
b.
Penyiapan sarana darurat
c.
Koordinasi harian
d.
Piket penuh
|
AWAS
|
1.
Menandakan gunung berapi yang
segera atau sedang meletus atau ada keadaan yang kritis yang menimbulkan
bencana
2.
Letusan pembukaan dimulai
dengan abu dan asap
3.
Letusan berpeluang terjadi
dalam waktu 24 jam
|
a.
Wilayah yang terancam bahaya
direkomendasikan untuk dikosongkan
b.
Koordinasi dilakukan secara
harian
c.
Piket penuh
|
4.
Bahaya Letusan Gunung Api
ð
Bencana letusan gunung api berskala
dari kecil – besar bahaya
letusan gunung api :
1)
Bahaya primer : aliran lava, aliran piroklastik, lontaran abu, jatuhan
piroklastik, lahar letusan.
2)
Bahaya sekunder : lahar, banjir bandang, guguran vulkanik.
ð
Perlu :
Penyelidikan gunung api-monitor
gunung api / pemantauan-prediksi letusan-rekomendasi terhadap penduduk
setempat.
ð
Bahaya Ikutan (Sekunder)
Bahaya ikutan letusan gunung api
adalah bahaya yang terjadi setelah proses peletusan berlangsung. Bila suatu gunung api meletus akan terjadi penumpukan material dalam berbagai ukuran di puncak dan lereng bagian
atas. Pada saat
musim hujan tiba, sebagian material tersebut akan terbawa oleh air hujan dan
tercipta adonan lumpur turun ke lembah sebagai banjir bebatuan, banjir tersebut
disebut lahar.
5.
Mitigasi
Bencana Gunung Berapi
Upaya memperkecil jumlah korban jiwa
dan kerugian harta benda akibat letusan gunung berapi, tindakan yang perlu
dilakukan :
a.
Pemantauan, aktivitas gunung api
dipantau selama 24 jam menggunakan alat pencatat gempa (seismograf). Data
harian hasil pemantauan dilaporkan ke kantor
Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) di Bandung
dengan menggunakan radio komunikasi SSB. Petugas pos pengamatan Gunung berapi menyampaikan laporan bulanan ke pemda
setempat.
b.
Tanggap Darurat, tindakan yang
dilakukan oleh DVMBG ketika terjadi peningkatan
aktivitas gunung berapi, antara lain mengevaluasi laporan dan data, membentuk
tim Tanggap Darurat, mengirimkan tim ke lokasi, melakukan pemeriksaan secara
terpadu.
c.
Pemetaan, Peta Kawasan Rawan Bencana
Gunung berapi dapat menjelaskan jenis dan sifat bahaya gunung berapi, daerah
rawan bencana, arah penyelamatan diri, lokasi pengungsian, dan
pospenanggulangan bencana.
d.
Penyelidikan gunung berapi
menggunakan metoda Geologi, Geofisika, dan Geokimia. Hasil Penyelidikan
ditampilkan dalam bentuk buku, peta dan dokumen lainya.
e.
Sosialisasi, petugas melakukan
sosialisasi kepada Pemerintah Daerah serta masyarakat terutama yang tinggal disekitar gunung berapi. Bentuk sosialisasi dapat berupa
pengiriman informasi kepada Pemda dan penyuluhan langsung kepada masyarakat.
B.5 BANJIR
1.
Pengertian
Banjir didefinisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat
meluapnya air yang melebihi kapasitas pembuangan air di suatu wilayah dan
menimbulkan kerugian fisik, sosial dan ekonomi.
2.
Sumber-sumber
Banjir
a.
Curah
hujan tinggi, baik di suatu kawasan maupun di hulu sungai
b.
Luapan
air sungai akibat tingginya curah hujan di hulu sungai
c.
Runtuhnya
bendungan
d.
Naiknya
air laut (pasang/rob)
Selain itu, faktor kerentanan di suatu daerah juga akan mempengaruhi
terjadinya banjir.
Faktor kerentanan tersebut adalah sebagai
berikut:
a.
Prediksi
yang kurang akurat mengenai volume banjir.
b.
Rendahnya
kemampuan sistem pembuangan air.
c.
Turunnya
kapasitas sistem pembuangan air akibat rendahnya kemampuan pemeliharaan dan
operasional.
d.
Deforestasi.
e.
Turunnya
permukaan tanah akibat turunnya muka air tanah.
f.
Perubahan
iklim yang diakibatkan oleh pemanasan global.
3.
Kategori
Atau Jenis Banjir
ð
Berdasarkan lokasi sumber aliran permukaannya :
1)
Banjir kiriman (Banjir Bandang): banjir yang diakibatkan oleh tingginya curah hujan di daerah
hulu sungai
2)
Banjir lokal : banjir
yang terjadi karena volume hujan setempat yang melebihi kapasitas pembuangan di
suatu wilayah
ð
Berdasarkan mekanisme terjadinya banjir :
1)
Regular flood : banjir yang diakibatkan oleh hujan.
2)
Irregular flood : banjir yang diakibatkan oleh selain hujan, seperti tsunami,
gelombang pasang, dan hancurnya
bendungan
4. Bahaya Sekunder
a.
Kesehatan
masyarakat : Penyakit kulit, demam berdarah, malaria, influenza, gangguan
pencernaan seperti diare dsb merupakan penyakit yang umum terjadi pada saat
banjir. Hal ini dikarenakan air bersih untuk berbagai keperluan (minum,memasak,
mandi dan mencuci) sudah tercemar akibat banjir. Selain itu, genangan air
banjir juga menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk yang menjadi penyebab
timbulnya penyakit demam berdarah dan malaria.
b.
Penyediaan
air bersih: Berbagai bahan dan zat
yang membawa berbagai jenis bakteri, virus, parasit dan bahan penyakit lainya
saat terjadi banjir, dapat mencemari sumur warga dan cadangan air tanah
lainnya. Oleh karenanya sumur warga dan cadangan air tanah yang terkena banjir
untuk sementara waktu tidak dapat digunakan.
c.
Cadangan
pangan:
Di daerah pertanian, banjir dapat menyebabkan gagalnya panen, rusaknya cadangan
pangan di gudang, dan kemungkinan
juga rusaknya persediaan benih. Tergenangnya kolam akibat banjir juga dapat mengakibatkan
hilangnya ikan. Selain itu banjir juga mengakibatkan rusaknya lahan
pengembangan dan ketersediaan pakan ternak
5. Mitigasi
ð Mitigasi Struktural
Yang dimaksud dengan adalah upaya-upaya
pengurangan risiko bencana yang lebih bersifat fisik.Upaya-upaya mitigasi struktural banjir yang dilakukan oleh pemerintah antara lain adalah :
1)
Perbaikan
dan peningkatan sistem drainase.
2)
Normalisasi
fungsi sungai yang dapat berupa : pengerukan, sudetan.
3)
Relokasi
pemukiman di bantaran sungai.
4)
Pengembangan
bangunan pengontrol tinggi muka air/hidrograf banjir berupa tanggul, pintu, pompa, waduk dan sistem
polder.
5)
Perbaikan
kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS).
Sementara mitigasi struktural yang
dapat dilakukan oleh masyarakat di kawasan rawan banjir antara lain :
1)
Membantu
upaya peningkatan kapasitas resapan air di wilayahnya baik dengan menanam lebih
banyak pohon maupun membuat sumur resapan.
2)
Membantu
penyusunan peta zonasi/risiko banjir.
3)
Membangun
rumah sesuai dengan peraturan tata guna lahan.
4)
Membuat
rumah lebih tinggi dari muka air banjir.
ð Mitigasi Non – Struktural
Kebalikan dari mitigasi struktural, mitigasi non struktural
adalah segala upaya pengurangan risiko bencana yang dilakukan yang bersifat non
fisik, organisasional dan sosial kemasyarakatan.
Upaya-upaya mitigasi non struktural
banjir yang dilakukan pemerintah antara lain :
1)
Membuat
master plan pembangunan yang berbasis pengurangan risiko bencana.
2)
Membuat
PERDA mengenai penanganan risiko bencana banjir yang berkelanjutan.
3)
Mengembangkan
peta zonasi banjir.
4)
Mengembangkan
sistem asuransi banjir.
5)
Membangun/memberdayakan
Sistem Peringatan Dini Banjir.
6)
Meningkatkan
pengetahuan masyarakat mengenai bencana banjir melalui pendidikan dan
pelatihan.
7)
Mengembangkan
building code bagi daerah banjir.
Mitigasi non fisik dapat pula
dilakukan melalui kegiatan pendidikan lingkungan yaitu :
1)
Mewujudkan
budaya masyarakat dan pemangku kepentingan dalam memahami fenomena banjir dan
menjaga kapasitas/kelestarian daya serap Daerah Aliran
Sungai (DAS).
2)
Mewujudkan
budaya masyarakat untuk berperan serta dalam menjaga fungsi sistem pembuangan
air (drainase) dan pengendalian banjir.
3)
Mewujudkan
budaya masyarakat yang tidak membuang sampah/sedimen/limbah ke sungai, saluran
dan bangunan air lainnya.
4)
Melakukan
gerakan penghijauan/penanaman kembali tumbuh tumbuhan di lahan kosong dan
memeliharanya dengan baik.
5)
Mengarus-utamakan
upaya pengurangan risiko bencana banjir kedalam kurikulum pendidikan
Adapun bentuk upaya mitigasi non
struktural yang dapat dilakukan olehmasyarakat di kawasan rawan banjir antara
lain :
1)
Mengerti
akan ancaman banjir - termasuk banjir yang pernah terjadi dan mengetahui letak
daerah apakah cukup tinggi untuk terhindar dari banjir.
2)
Mengembangkan
diri dengan mengikuti pelatihan-pelatihan dalam menghadapi bencana, seperti pelatihan
pertolongan pertama pada kondisi tanggap darurat, dll.
3)
Berperan
aktif pada aktifasi posko banjir.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Indonesia merupakan
negara yang sangat rawan dengan bencana alam seperti gempa bumi, tsunami,
letusan gunung berapi, tanah longsor, dan banjir. Bencana apapun
memang tidak diinginkan, tetapi datangnya bencana tidak dapat kita tolak. Yang
dapat kita lakukan adalah melakukan usaha mitigasi agar tidak banyak memakan
korban jiwa. Bencana alam juga tidak jarang disebabkan oleh ulah manusia
sendiri, misalnya banjir yang disebabkan karena ketidakpedulian manusia
terhadap lingkungan. Oleh karena itu manusia harus menyadari betapa pentingnya
menjaga lingkungan. Di sini diperlukan kerjasama yang baik antara masyarakat
dengan pemerintah.
B.
Saran
Bencana bisa terjadi kapan saja dan dimana saja, namun kita harus mengetahui jenis-jenis
bencana, sebab-sebab yang menimbulkan bencana dan akibat-akibat yang ditimbulkannya. Saran-saran, kami sampaikan kepadasemua pihak untuk mengantisipasi
dan penanggulangan bencana agar tidak menimbulkan kerusakan lingkungan hidup, korban
meninggal dan kerugian harta benda yang besar.
1.
Kepada Pemerintah agar meningkatkan
managemen antisipasi danpenanggulangan bencana.
2.
Pemerintah agar memiliki Lembaga
atau Badan Khusus bahkan mungkin
yang lebih tinggi yaitu setingkat menteri untuk mengantisipasi dan penanggulangan
bencana.
3.
Pemerintah agar memberikan
sosialisasi dan simulasi kepada masyarakat yang tinggal di daerah bencana,
bagaimana cara mengatasi bencana yang terjadi.
4.
Peran serta masyarakat sangat
dibutuhkan dalam penyelamatan dan pelestarian lingkungan, karena sebagian bencana yang terjadi diakibatkan oleh kerusakan
lingkungan.
5.
Sedapat mungkin tidak tinggal di tempat atau daerah rawan bencana, agar tidak terjadi korban dan kerugian
yang besar.
6.
Masyarakat pada umumnya harus mengetahui
baik melalui media elektronik radio, TV dan internet maupun media
cetak buku literature, surat kabar, majalah tentang bencana-bencana yang
terjadi dan bagaimana cara mengatasi
atau menyelamatkan diri.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Pusat Vulkanologi
dan Mitigasi Bencana Geologi.2005.Pengenalan
Gerakan Tanah.Jakarta:Mancamedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar