Jumat, 19 Agustus 2016

MAKALAH PENANGANAN BENCANA ALAM


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng dunia, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Australia yang bergerak saling bertumbukan. Akibat tumbukan antara lempeng itu maka terbentuk palung samudera, lipatan, pegunungan dan patahan dibusur kepulauan, sebaran gunung api, serta sebaran sumber gempa bumi. Gunung api yang ada di Indonesia berjumlah 129. Angka itu merupakan 13% dari jumlah gunung api aktif didunia. Dengan demikian Indonesia rawan terhadap bencana letusan gunung api dan gempa bumi.
Di beberapa pantai dengan bentuk pantai sedang hingga curam, jika terjadi gempa bumi dengan sumber yang berada didasar laut atau samudera dapat menimbulkan gelombang tsunami. Jenis tanah pelapukan yang sering kita jumpai di Indonesia adalah hasil letusan gunung berapi. Tanah ini memiliki komposisi sebagian besar lempung dengan sedikit pasir dan bersifat subur. Tanah pelapukan yang berada diatas batuan kedap air pada perbukitan atau pegunungan dengan kemiringan sedang hingga terjal berpotensi mengakibatkan tanah longsor pada musim hujan dengan curah hujan berkuantitas tinggi. Dan apabila perbukitan tersebut tidak ada tanaman keras berakar kuat dan dalam, maka kawasan tersebut rawan bencana tanah longsor. Sebagian tanah di Indonesiajuga merupakan tanah yang berasal dari endapan sungai yang dapat mengalami penurunan. Jika intensitas air terlalu tinggi bisa dipastikan daerah tersebut akan rawan bencana banjir karena penurunan tanah sehingga menjadi dataran rendah.
B.       Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan diatas, maka kami merumuskan masalah yang perlu ditanggulangi, sebagai berikut :
1.         Apa definisi bencana alam?
2.         Bencana alam apa saja yang sering terjadi di Indonesia dan faktor apa saja yang menyebabkan bencana tersebut terjadi ?
3.         Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya bencana tersebut ?
C.      Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup. Dan memberikan wawasan serta pengetahuan seputar lingkungan hidup yang ada disekitar kita, sehingga mampu merealisasikan dan melestarikan lingkungan hidup agar tetap terjaga dan terlindungi.
D.      Manfaat
Adapun manfaat yang dapat kita ambil dari Pendidikan Lingkungan Hidup yaitu dapat mengembangkan pemahaman kita tentang arti pentingnya lingkungan hidup. Membuat masyarakat lebih peka serta peduli terhadap lingkungan yang ada disekitar kita. Dan bersama-sama membangun kembali lingkungan hidup yang lambat laun semakin terbengkelai dan mulai terjadi kerusakan akibat aktivitas manusia yang tidak mencerminkan cinta lingkungan.
BABII
PEMBAHASAN
A.      Devinisi Bencana Alam
Berdasarkan UU 24/2007/tentang Penanggulangan Bencana, yang dimaksud dengan :
·           Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
·           Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor.
·           Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana.
B.       Macam-macam Bencana Alam
B.1 GEMPA BUMI
1.         Pengertian
Gempa bumi adalah getaran yang dirasakan di permukaan bumi yang disebabkan oleh gelombang seismic dari sumber gempa di dalam lapisan kulit bumi. Pusat atau sumber gempa bumi yang letaknya di dalam bumi disebut hiposentrum. Daerah permukaan bumi ataupun di dasar laut yang merupakan tempat pusat getaran bumi merambat disebut episentrum.
Gempa bumi adalah getaran bumi atau getaran kulit bumi secara tiba-tiba, bersumber pada lapisan kulit bumi (litosfer) bagian dalam, dirambatkan oleh kulit bumi ke permukaan bumi. Gempa bumi disebabkan adanya pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam kulit bumi secara tiba-tiba. Gempa bumi termasuk bagian dari tenaga endogen yang merusak, menyimpang dari sifat tenaga endogen pada umumnya, yaitu membangun tetapi merupakan gejala sampingan tenaga endogen yaitu tektonisme dan vulkanisme.
2.         Penyebab terjadinya
ð  Gempa Vulkanisme.
Gempa vulkanisme terjadi karena meletusnya gunung berapi. Kalau gunung api akan meletus timbullah tekanan gas dari dalam sumbat kawah. Tekanan itu menyebabkan terjadinya getaran yang disebut gempa bumi. Gempa bumi ini hanya terdapat di daerah sekitar gunung api yang meletus. Gempa bumi ini lebih bahaya dari gempa bumi runtuhan.
ð  Gempa Runtuhan (guguran)
 Gempa bumi runtuhan terjadi karena guguran atau runtuhan tanah atau runtuhnya bagian atas litosfer karena sebelah dalam berongga. Daerah yang terjadi gempa guguran adalah daerah tambang yang berbentuk terowongan, pegunungan kapur atau lubang di dalam pegunungan kapur. Kadang-kadang terdapat gua yang terjadi karena pelarutan. Jika atap gua tersebut runtuh, maka timbullah gempa bumi. Bahaya yang di akibatkan gempa bumi runtuhan kecil, umumnya gempa runtuhan terjadi pada wilayah lokal.
ð  Gempa Tektonik.
 Gempa bumi tektonik disebabkan oleh gerak lempeng tektonik dan merupakan akibat dari gerak orogenetik. Daerah yang sering kali mengalami gempa ini adalah daerah pegunungan lipatan muda, yaitu daerah rangkaian mediterania dan rangkaian sirkum pasifik. Bahaya gempa ini besar sekali sebab lapisan bumi dapat mengalami lipatan patahan, retakan atau bergeser. Karena gempa ini selalu mengakibatkan pergeseran muka bumi, maka gempa ini di sebut juga gempa dislokasi. Dislokasi berasal dari kata Dis artinya terpisah, iocare artinya tempat. Jadi, timbulnya getaran itu karena retakan kulit bumi atau terpisahnya kulit bumi dari kedudukan semula.
ð  Ledakan Nuklir
Gempa ini terjadi disebabkan oleh peledakan nuklir.  Pada umumnya peristiwa ini terjadi pada negara-negara yang sedang perang atau yang melakukan percobaan hasil rakitnya. Kekuatan gempa ini tergantung dari kekuatan dari hantaman nuklir tersebut.
3.         Proses perambatan
ð  Getaran Longitudinal (merapat-merenggang).
 Yaitu getaran yang berasal dari hiposentrum dan bergerak melalui dalam bumi. Kecepatan getaran ini besar sekali yakni 7-14 km/jam. Getaran ini datang paling awal dan merupakan getaran pendahuluan yang pertama. Itulah sebabnya disebut juga getaran primer. Getaran ini belum menimbulkan kerusakan.
ð  Getaran Transversal (naik-turun).
 Getaran ini berasal dari hiposentrum dan bergerak melalui bagian dalam bumi. Kecepatan getaran ini antara 4-7km/jam. Getaran ini datang setelah getaran longitudinal dan merupakan getaran pendahuluan kedua. Itulah disebut getaran sekunder (s). Getaran ini belum menimbulkan kerusakan.
ð  Getaran Gelombang Panjang.
 Getaran ini berasal dari episentrum dan bergerak melalui permukaan bumi. Kecepatan getaran ini antara 3,8-3,9 km/jam. Getaran ini datang paling akhir, tetapi merupakan getaran pokok. Getaran inilah yang menimbulkan kerusakan.
4.         Akibat
ð  Dampak fisik :
-           Bangunan roboh.
-           Kebakaran.
-           Jatuhnya korban jiwa.
-           Tanah longsor akibat goncangan.
-           Permukaan tanah menjadi merekat dan jalan menjadi putus.
-           Banjir akibat rusaknya tanggul.
-           Gempa dasar laut menyebabkan tsunami.
ð  Dampak sosial :
-           Kemiskinan.
-           Kelaparan.
-           Menimbulkan penyakit.
-           Bila pada skala yang besar(menimbulkan tsunami yang besar).
-           Dapat melumpuhkan politik, sistem ekonomi, dll.
5.         Mitigasi
Mitigasi struktural, sebagai berikut :
a.         Harus di bangun dengan konstruksi tanah getaran atau gempa khususnya di daerah rawan gempa.
b.        Perkuatan bangunan dengan mengikuti standar atau kualitas bangunan.
c.         Pembangunan fasilitas umum dengan kualitas tinggi.
d.        Perkuatan bangunan vital yang telah ada.
e.         Zonasi daerah rawan gempa bumi dan pengaturan pegunungan lahan.
f.         Rencana penempatan pemukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan hunian di daerah rawan gempa bumi.
g.        Pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya gempa bumi dan cara-cara penyelamatan diri jika terjadi gempa bumi.
h.        Ikut serta dalam pelatihan program, upaya penyelamatan, kewaspadaan masyarakat terhadap gempa bumi, pelatihan pemadam kebakaran, dan pertolongan pertama.
i.          Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan peralatan perlindungan masyarakat lainnya.
j.          Rencana sedaruratan untuk melatih anggota pelage dalam menghadapi gempa bumi.
k.        Membentuk kelompok aksi penyelamatan bencana dengan pelatihan pemadam kebakaran dan pertolongan pertama.

B.2 TANAH LONGSOR
1.         Pengertian
Tanah longsor atau dalam bahasa Inggris disebut Landslide, adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
2.         Penyebab terjadinya
Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan. Berikut penyebab terjadinya tanah longsor :
a.         Hujan.
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Hal itu mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah permukaan.
Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak sehingga tanah dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan, intensitas hujan yang tinggi biasanya sering terjadi, sehingga kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat.
Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaannya, tanah longsor dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan berfungsi mengikat tanah.
b.        Lereng terjal.
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin.Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180 apabila ujung lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.
c.         Tanah yang kurang padat dan tebal.
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain itu tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlalu panas.
d.        Batuan yang kurang kuat.
Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan campuran antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah longsor bila terdapat pada lereng yang terjal.
e.         Jenis tata lahan.
Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal.Pada lahan persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah terjadi longsor.Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.
f.         Getaran.
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan, getaran mesin, dan getaran lalulintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi retak.
g.        Susut muka air danau atau bendungan.
Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi longsoran dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.
h.        Adanya beban tambahan.
Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan tanah dan retakan yang arahnya ke arah lembah.
i.          Pengikisan atau erosi.
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.
j.          Penggundulan hutan.
Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul dimana pengikatan air tanah sangat kurang. 
k.        Adanya material timbunan pada tebing.
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah.
l.          Daerah pembuangan sampah
Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah dengan guyuran hujan, seperti yang terjadi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Leuwigajah di Cimahi.Bencana ini menyebabkan sekitar 120 orang lebih meninggal.
3.         Gejala umum
Gejala-gejala umum yang biasanya timbul sebelum terjadinya bencana tanah longsor adalah :
ð  Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing.
ð  Biasanya terjadi setelah hujan.
ð  Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.
ð  Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.
ð  Jika musim hujan biasanya air tergenang, menjelang bencana itu, airnya langsung hilang.
ð  Pintu dan jendela yang sulit dibuka.
ð  Halaman/dalam rumah tiba-tiba ambles.
ð  Runtuhnya bagian tanah dalam jumlah besar
4.         Mitigasi
Tahapan Mitigasi Bencana Tanah Longsor antara lain, sebagai berikut :
a.         Pemetaan.
Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana alam geologi di suatu wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat dan atau pemerintah kabupaten/kota dan provinsi sebagai data dasar untuk melakukan pembangunan wilayah agar terhindar dari bencana.
b.        Penyelidikan.
Mempelajari penyebab dan dampak dari suatu bencana sehingga dapat digunakan dalam perencanaan penanggulangan bencana dan rencana pengembangan wilayah.
c.         Pemeriksaan.
Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana, sehingga dapat diketahui penyebab dan cara penanggulangannya.
d.        Pemantauan.
Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis secara ekonomi dan jasa, agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh pengguna dan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut.
e.         Sosialisasi.
Memberikan pemahaman kepada Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota atau Masyarakat umum, tentang bencana alam tanah longsor dan akibat yang ditimbulkannnya. Sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara antara lain, mengirimkan poster, booklet, dan leaflet atau dapat juga secara langsung kepada masyarakat dan aparat pemerintah.
f.         Pemeriksaan bencana longsor.
Bertujuan mempelajari penyebab, proses terjadinya, kondisi bencana dan tata cara penanggulangan bencana di suatu daerah yang terlanda bencana tanah longsor.
Tindakan yang dapat dilakukan selama dan setelah tanah longsor terjadi, antara lain :
a.         Tanggap darurat.
Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamatan dan pertolongan korban secepatnya supaya korban tidak bertambah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain:
1)        Kondisi medan
2)        Kondisi bencana
3)        Peralatan
4)        Informasi bencana
b.        Rehabilitasi.
Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan sarana transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik pengendaliannya supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi korban tanah longsor bila tanah longsor sulit dikendalikan.
c.         Rekonstruksi.
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor, karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur tanah longsor hampir 100%.

B.3 TSUNAMI
1. Pengertian Tsunami
Tsunami (bahasa Jepang: tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan"). Tsunami adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba.
2. Penyebab Tsunami
Tsunami terjadi karena adanya gangguan impulsef terhadap air laut akibat terjadinya perubahan bentuk dasar laut secara tiba-tiba. Ini terjadi karena tiga sebab, yaitu : gempa bumi, letusan gunung api dan longsoran (land slide) yang terjadi di dasar laut. Dari ketiga penyebab tsunami, gempa bumi merupakan penyebab utama. Besar kecilnya gelombang tsunami sangat ditentukan oleh karakteristik gempa bumi yang menyebabkannya.
Bagian terbesar sumber gangguan implusif yang menimbulkan tsunami dahsyat adalah gempa bumi yang terjadi di dasar laut. Walaupun erupsi vulkanik juga dapat menimbulkan tsunami dahsyat.
Gempa bumi di dasar laut ini menimbulkan gangguan air laut, yang disebabkan berubahnya profil dasar laut. Profil dasar laut ini umumnya disebabkan karena adanya gempa bumi tektonik yang bisa menyebabkan gerakan tanah tegak lurus dengan permukaan air laut atau permukaan bumi. Apabila gerakan tanah horizontal dengan permukaan laut, maka tidak akan terjadi tsunami.
Apabila gempa terjadi di dasar laut, walaupun gerakan tanah akibat gempa ini horizontal, tetapi karena energi gempa besar, maka dapat meruntuhkan tebing-tebing (bukit-bukit) di laut, yang dengan sendirinya gerakan dari runtuhan ini adalah tegak lurus dengan permukaan laut. Sehingga walaupun tidak terjadi gempa bumi tetapi karena keadaan bukit/tebing laut sudah labil,  maka gaya gravitasi dan arus laut sudah bisa menimbulkan tanah longsor dan akhirnya terjadi tsunami
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi mega tsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.

3.         Tanda-Tanda Bencana Tsunami
a.         Diawali adanya gempa bumi. Bila Anda tinggal di dekat pantai, sebaiknya berhati-hati bila terjadi gempa bumi. Tsunami biasanya terjadi karena adanya gempa bumi yang terjadi di bawah atau di dekat laut. Tidak hanya gempa yang terjadi di daerah Anda, tetapi juga di seluruh dunia. Gempa ribuan kilometer jauhnya dapat menyebabkan potensi tsunami yang mematikan.
b.        Dengarkan suara-suara gemuruh. Banyak korban tsunami telah mengatakan bahwa datangnya gelombang tsunami diawali dengan suara gemuruh yang keras mirip dengan kereta barang.
c.         Perhatikan penurunan air laut. Jika ada penurunan air laut yang cepat dan bukan merupakan waktu air laut surut, maka segeralah mencari tempat perlindungan yang tinggi. Sebelum terjadi gelombang tsunami, air laut akan terlebih dahulu surut dengan cepat dan kemudian kembali dengan kekuatan yang sangat besar.
d.        Selalu waspada pada gelombang pertama. Gelombang tsunami pertama tidak selalu yang paling berbahaya, sehingga tetap mendekatkan diri dari garis pantai sampai keadaaan benar-benar aman. Jangan berasumsi bahwa karena tsunami kecil di satu tempat maka akan kecil juga pada daerah yang lain. Ukuran gelombang tsunami bervariasi dan tidak sama di semua lokasi. Gelombang tsunami juga bisa melakukan perjalanan melalui sungai-sungai yang terhubung ke laut.
Selain tanda-tanda tersebut, alam juga bisa memberi tanda sebelum terjadinya bencana, seperti gerakan angin yang tidak biasa, tekanan udara atau cuaca yang ekstrem dan perilaku hewan yang berubah. Sebagai contoh perilaku hewan yang berubah yaitu: beberapa kelelawar, yang aktif di malam hari dan biasanya tidur di siang hari,  menjadi sangat aktif setengah jam sebelum gelombang tsunami datang.
4.         Dampak Bencana Tsunami
a.         Banjir dan gelombang pasang
b.        Kerusakan pada berbagai infrastruktur
c.         Pencemaran air bersih
d.        Korban jiwa ancaman kesehatan
e.         Mewabahnya virus dan gangguan penyakit
5.         Cara Menanggulangi Bencana Tsunami
Sebelum :
a.         Jangan panik.
b.        Jangan menjadikan gelombang tsunami sebagai tontonan. Apabila gelombang tsunami dapat dilihat, berarti kita berada di kawasan yang berbahaya.
c.         Jika air laut surut dari batas normal, tsunami mungkin terjadi.
d.        Bergeraklah dengan cepat ke tempat yang lebih tinggi, ajaklah keluarga dan orang di sekitar turut serta. Tetaplah di tempat yang aman sampai air laut benar-benar surut. Jika Anda sedang berada di pinggir laut atau dekat sungai, segera berlari sekuat-kuatnya ke tempat yang lebih tinggi. Jika memungkinkan, berlarilah menuju bukit yang terdekat.
e.         Jika situasi memungkinkan, pergilah ke tempat evakuasi yang sudah ditentukan.
f.         Jika situasi tidak memungkinkan untuk melakukan tindakan seperti di atas, carilah bangunan bertingkat yang bertulang baja (ferroconcrete building), gunakan tangga darurat untuk sampai ke lantai yang paling atas (sedikitnya sampai ke lantai 3).
g.        Jika situasi memungkinkan, pakai jaket hujan dan pastikan tangan Anda bebas dan tidak membawa apa-apa.
Sesudah :
a.         Ketika kembali ke rumah jangan lupa memeriksa kerabat satu per satu.
b.        Jangan memasuki wilayah yang rusak, kecuali setelah dinyatakan aman.
c.         Hindari instalasi listrik.
d.        Datangi posko bencana untuk mendapatkan informasi.
e.         Jalinlah kerja sama terhadap warga sekitar.

B.4 GUNUNG MELETUS
1. Pengertian
Menurut Permen PU No. 21/PRT/M/2007 pasal 1, yang dimaksud dengan kawasan rawan letusan gunung berapi adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana letusan gunung berapi.
2. Tipologi Kawasan Gunung Berapi
ð  Tipe A
a.         Kawasan yang berpotensi terlanda banjir lahar dan tidak menutup kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas dan aliran lava.
b.        Kawasan yang memiliki tingkat resiko rendah (berjarak cukup jauh) dari sumber letusan, melanda kawasan sepanjang aliran sungai yang dilaluinya, pada saat bencana letusan, masih memungkinkan manusia untuk menyelamatkan diri sehingga risiko terlanda bencana masih dapat dihindari).
ð  Tipe B
a.         Kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lahar dan lava, lontaran atau guguran batu pijar, hujan abu lebat, hujan lumpur (panas), aliran panas dan gas beracun.
b.        Kawasan yang memiliki tingkat risiko sedang (berjarak cukup dekat dengan sumber letusan, risiko manusia untuk menyelamatkan diri pada saat letusan cukup sulit, kemungkinan untuk terlanda bencana sangat besar).
ð  Tipe C
a.         Kawasan yang sering terlanda awan panas, aliran lahar dan lava, lontaran atau guguran batu (pijar), hujan abu lebat, hujan abu lebat, hujan lumpur (panas), aliran panas dan gas beracun. Hanya diperuntukkan bagi kawasan rawan letusan gunung berapi yang sangat giat atau sering meletus.
b.        Kawasan yang memiliki risiko tinggi (sangat dekat  dengan sumber letusan. Pada saat terjadi aktivitas magmatis, kawasan ini akan dengan cepat terlanda bencana, makhluk hidup yang ada disekitarnya tidak mungkin untuk menyelamatkan diri).
3.         Tingkat Isyarat Gunungapi Di Indonesia 
STATUS
MAKNA
TINDAKAN
NORMAL
1.         Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma
2.         Level aktivitas dasar
a.         Pengamatan rutin
b.         Survei dan penyelidikan
WASPADA
1.         Ada aktivitas apa pun bentuknya
2.         Terdapat kenaikan aktivitas di atas level normal
3.         Peningkatan aktivitas seismik dan kejadian volkanis lainnya
4.         Sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma tektonik dan hidrotermal
a.         Penyuluhan / sosialisasi
b.         Penilaian bahaya
c.         Pengecekan sarana
d.        Pelaksanaan piket terbatas
SIAGA
1.         Menandakan gunung berapi yang sedang bergerak ke arah letusan atau menimbulkan bencana
2.         Peningkatan intensif kegiatan seismik
3.         Semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang menimbulkan bencana
4.         Jika tren peningkatan berlanjut, letusan dapat terjadi dalam waktu 2 minggu
a.         Sosialisasi di wilayah terancam
b.         Penyiapan sarana darurat
c.         Koordinasi harian
d.        Piket penuh
AWAS
1.         Menandakan gunung berapi yang segera atau sedang meletus atau ada keadaan yang kritis yang menimbulkan bencana
2.         Letusan pembukaan dimulai dengan abu dan asap
3.         Letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam
a.         Wilayah yang terancam bahaya direkomendasikan untuk dikosongkan
b.         Koordinasi dilakukan secara harian
c.         Piket penuh 

4.         Bahaya Letusan Gunung Api
ð  Bencana letusan gunung api berskala dari kecil – besar bahaya letusan gunung api :
1)        Bahaya primer :  aliran lava, aliran piroklastik,  lontaran abu,  jatuhan piroklastik,  lahar letusan.
2)        Bahaya sekunder :  lahar, banjir bandang, guguran vulkanik.
ð  Perlu :
Penyelidikan gunung api-monitor gunung api / pemantauan-prediksi letusan-rekomendasi terhadap penduduk setempat.
ð  Bahaya Ikutan (Sekunder)
Bahaya ikutan letusan gunung api adalah bahaya yang terjadi setelah proses peletusan berlangsung. Bila suatu gunung api meletus akan terjadi penumpukan material dalam berbagai ukuran di puncak dan lereng bagian atas. Pada saat musim hujan tiba, sebagian material tersebut akan terbawa oleh air hujan dan tercipta adonan lumpur turun ke lembah sebagai banjir bebatuan, banjir tersebut disebut lahar.
5.         Mitigasi Bencana Gunung Berapi
Upaya memperkecil jumlah korban jiwa dan kerugian harta benda akibat letusan gunung berapi, tindakan yang perlu dilakukan :
a.         Pemantauan, aktivitas gunung api dipantau selama 24 jam menggunakan alat pencatat gempa (seismograf). Data harian hasil pemantauan dilaporkan ke kantor  Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) di Bandung dengan menggunakan radio komunikasi SSB. Petugas pos pengamatan Gunung berapi menyampaikan laporan bulanan ke pemda setempat.
b.        Tanggap Darurat, tindakan yang dilakukan oleh DVMBG ketika terjadi peningkatan aktivitas gunung berapi, antara lain mengevaluasi laporan dan data, membentuk tim Tanggap Darurat, mengirimkan tim ke lokasi, melakukan pemeriksaan secara terpadu.
c.         Pemetaan, Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung berapi dapat menjelaskan jenis dan sifat bahaya gunung berapi, daerah rawan bencana, arah penyelamatan diri, lokasi pengungsian, dan pospenanggulangan bencana.
d.        Penyelidikan gunung berapi menggunakan metoda Geologi, Geofisika, dan Geokimia. Hasil Penyelidikan ditampilkan dalam bentuk buku, peta dan dokumen lainya.
e.         Sosialisasi, petugas melakukan sosialisasi kepada Pemerintah Daerah serta masyarakat terutama yang  tinggal disekitar gunung  berapi. Bentuk sosialisasi dapat berupa pengiriman informasi kepada Pemda dan penyuluhan langsung kepada masyarakat.

B.5 BANJIR
1.         Pengertian
Banjir didefinisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air yang melebihi kapasitas pembuangan air di suatu wilayah dan menimbulkan kerugian fisik, sosial dan ekonomi.
2.         Sumber-sumber Banjir
a.         Curah hujan tinggi, baik di suatu kawasan maupun di hulu sungai
b.        Luapan air sungai akibat tingginya curah hujan di hulu sungai
c.         Runtuhnya bendungan
d.        Naiknya air laut (pasang/rob)
Selain itu, faktor kerentanan di suatu daerah juga akan mempengaruhi terjadinya banjir.
 Faktor kerentanan tersebut adalah sebagai berikut:
a.         Prediksi yang kurang akurat mengenai volume banjir.
b.        Rendahnya kemampuan sistem pembuangan air.
c.         Turunnya kapasitas sistem pembuangan air akibat rendahnya kemampuan pemeliharaan dan operasional.
d.        Deforestasi.
e.         Turunnya permukaan tanah akibat turunnya muka air tanah.
f.         Perubahan iklim yang diakibatkan oleh pemanasan global.
3.         Kategori Atau Jenis Banjir
ð  Berdasarkan lokasi sumber aliran permukaannya :
1)        Banjir kiriman (Banjir Bandang): banjir yang diakibatkan oleh tingginya curah hujan di daerah hulu sungai
2)        Banjir lokal : banjir yang terjadi karena volume hujan setempat yang melebihi kapasitas pembuangan di suatu wilayah
ð  Berdasarkan mekanisme terjadinya banjir :
1)        Regular flood : banjir yang diakibatkan oleh hujan.
2)        Irregular flood : banjir yang diakibatkan oleh selain hujan, seperti tsunami, gelombang    pasang, dan hancurnya bendungan
4. Bahaya Sekunder
a.         Kesehatan masyarakat : Penyakit kulit, demam berdarah, malaria, influenza, gangguan pencernaan seperti diare dsb merupakan penyakit yang umum terjadi pada saat banjir. Hal ini dikarenakan air bersih untuk berbagai keperluan (minum,memasak, mandi dan mencuci) sudah tercemar akibat banjir. Selain itu, genangan air banjir juga menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk yang menjadi penyebab timbulnya penyakit demam berdarah dan malaria.
b.        Penyediaan air bersih:  Berbagai bahan dan zat yang membawa berbagai jenis bakteri, virus, parasit dan bahan penyakit lainya saat terjadi banjir, dapat mencemari sumur warga dan cadangan air tanah lainnya. Oleh karenanya sumur warga dan cadangan air tanah yang terkena banjir untuk sementara waktu tidak dapat digunakan.
c.         Cadangan pangan: Di daerah pertanian, banjir dapat menyebabkan gagalnya panen, rusaknya cadangan pangan di gudang, dan kemungkinan juga rusaknya persediaan benih. Tergenangnya kolam akibat banjir juga dapat mengakibatkan hilangnya ikan. Selain itu banjir juga mengakibatkan rusaknya lahan pengembangan dan ketersediaan pakan ternak
5. Mitigasi
ð  Mitigasi Struktural
Yang dimaksud dengan adalah upaya-upaya pengurangan risiko bencana yang lebih bersifat fisik.Upaya-upaya mitigasi struktural banjir yang dilakukan oleh pemerintah antara lain adalah :
1)        Perbaikan dan peningkatan sistem drainase.
2)        Normalisasi fungsi sungai yang dapat berupa : pengerukan, sudetan.
3)        Relokasi pemukiman di bantaran sungai.
4)        Pengembangan bangunan pengontrol tinggi muka air/hidrograf banjir berupa  tanggul, pintu, pompa, waduk dan sistem polder.
5)        Perbaikan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS).
Sementara mitigasi struktural yang dapat dilakukan oleh masyarakat di kawasan rawan banjir antara lain :
1)        Membantu upaya peningkatan kapasitas resapan air di wilayahnya baik dengan menanam lebih banyak pohon maupun membuat sumur resapan.
2)        Membantu penyusunan peta zonasi/risiko banjir.
3)        Membangun rumah sesuai dengan peraturan tata guna lahan.
4)        Membuat rumah lebih tinggi dari muka air banjir.
ð  Mitigasi Non – Struktural
Kebalikan dari mitigasi struktural, mitigasi non struktural adalah segala upaya pengurangan risiko bencana yang dilakukan yang bersifat non fisik, organisasional dan sosial kemasyarakatan.
Upaya-upaya mitigasi non struktural banjir yang dilakukan pemerintah antara lain :
1)        Membuat master plan pembangunan yang berbasis pengurangan risiko bencana.
2)        Membuat PERDA mengenai penanganan risiko bencana banjir yang berkelanjutan.
3)        Mengembangkan peta zonasi banjir.
4)        Mengembangkan sistem asuransi banjir.
5)        Membangun/memberdayakan Sistem Peringatan Dini Banjir.
6)        Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai bencana banjir melalui pendidikan dan pelatihan.
7)        Mengembangkan building code  bagi daerah banjir.
Mitigasi non fisik dapat pula dilakukan melalui kegiatan pendidikan lingkungan  yaitu :
1)        Mewujudkan budaya masyarakat dan pemangku kepentingan dalam memahami fenomena banjir dan menjaga kapasitas/kelestarian daya serap Daerah Aliran Sungai (DAS).
2)        Mewujudkan budaya masyarakat untuk berperan serta dalam menjaga fungsi sistem pembuangan air (drainase) dan pengendalian banjir.
3)        Mewujudkan budaya masyarakat yang tidak membuang sampah/sedimen/limbah ke sungai, saluran dan bangunan air lainnya.
4)        Melakukan gerakan penghijauan/penanaman kembali tumbuh tumbuhan di lahan kosong dan memeliharanya dengan baik.
5)        Mengarus-utamakan upaya pengurangan risiko bencana banjir kedalam kurikulum pendidikan
Adapun bentuk upaya mitigasi non struktural yang dapat dilakukan olehmasyarakat di kawasan rawan banjir antara lain :
1)        Mengerti akan ancaman banjir - termasuk banjir yang pernah terjadi dan mengetahui letak daerah apakah cukup tinggi untuk terhindar dari banjir.
2)        Mengembangkan diri dengan mengikuti pelatihan-pelatihan dalam menghadapi bencana, seperti pelatihan pertolongan pertama pada kondisi tanggap darurat, dll.
3)        Berperan aktif pada aktifasi posko banjir.

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Indonesia merupakan negara yang sangat rawan dengan bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, tanah longsor, dan banjir.  Bencana apapun memang tidak diinginkan, tetapi datangnya bencana tidak dapat kita tolak. Yang dapat kita lakukan adalah melakukan usaha mitigasi agar tidak banyak memakan korban jiwa. Bencana alam juga tidak jarang disebabkan oleh ulah manusia sendiri, misalnya banjir yang disebabkan karena ketidakpedulian manusia terhadap lingkungan. Oleh karena itu manusia harus menyadari betapa pentingnya menjaga lingkungan. Di sini diperlukan kerjasama yang baik antara masyarakat dengan pemerintah.
B.       Saran
Bencana  bisa terjadi kapan saja dan dimana saja, namun kita harus mengetahui jenis-jenis bencana, sebab-sebab yang menimbulkan bencana dan akibat-akibat yang ditimbulkannya. Saran-saran, kami sampaikan kepadasemua pihak untuk mengantisipasi dan penanggulangan  bencana agar tidak menimbulkan kerusakan lingkungan hidup, korban meninggal dan kerugian harta benda yang besar. 
1.         Kepada Pemerintah agar meningkatkan managemen antisipasi danpenanggulangan bencana.
2.         Pemerintah agar memiliki Lembaga atau Badan Khusus bahkan mungkin yang lebih tinggi yaitu setingkat menteri untuk mengantisipasi dan penanggulangan bencana. 
3.         Pemerintah agar memberikan sosialisasi dan simulasi kepada masyarakat yang tinggal di daerah bencana, bagaimana cara mengatasi bencana yang terjadi. 
4.         Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam penyelamatan dan pelestarian lingkungan, karena sebagian bencana yang terjadi diakibatkan oleh kerusakan lingkungan. 
5.         Sedapat mungkin tidak tinggal di tempat atau daerah rawan bencana, agar tidak  terjadi korban dan kerugian yang  besar.
6.         Masyarakat pada umumnya harus mengetahui baik melalui media elektronik radio, TV dan internet maupun media cetak  buku literature, surat kabar, majalah tentang bencana-bencana yang terjadi dan bagaimana cara mengatasi atau menyelamatkan diri.

DAFTAR PUSTAKA
1.         Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.2005.Pengenalan Gerakan Tanah.Jakarta:Mancamedia
3.         http://www.tempointeraktif.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar