Jumat, 19 Agustus 2016

PEDAGOGIS



Sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah, pendidikan diartikan sebagai suatu usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian yang berlangsung di sekolah maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Sedangkan tujuan pendidikan sebagaimana dikemukakan dalam GBHN adalah: “Untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia--manusia pembanunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama bersama--sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”. Dan pengertian dan tujuan di atas, jelas bahwa yang menjadi tujuan inti dari pendidikan adalah perkembangan kepribadiansecara optimal dan setiap anak didik sebagai pribadi. .
Dengan demikian setiap kegiatan proses pendidikan diarahkan kepada tercapainya pribadi yang berkembang sesuai dengan potensi masing--masing.
Contoh untuk menuju tercapainya pribadi yang berkembang, maka kegiatan pendidikan hendaknya bersifat menyeluruh yang tidak hanya berupa kegiatan instruksional (pengajaran), akan tetapi  meliputi kegiatan yang menjamin bahwa setiap anak didik secara  pribadi mendapat layanan sehingga akhirnya dapat berkembang secara optimal. Kegiatan pendidikan yang diinginkan sepertitersebut di atas, adalah kegiatan pendidikan yang ditandai dengan pengadministrasian yang baik, kurikulum beserta prosesbelajar  mengajar yang memadai, dan layanan pribadi kepada anak didik  melalui bimbingan.
Dalam hubungan inilah bimbingan mempunyai peranan yang amat penting dalam pendidikan, yaitu membantu setiap pribadi anak didik agar berkembang secara optimal. Dengan demikian maka hasil pendidikan sesungguhnya akan tercermin pada pribadi anak didik yang berkembang baik secara akademik, psikologis, maupun  yang berkembang baik secara akademik, psikologis, maupun sosial.
Contoh kalau kita menyimak kenyataan yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia pada umumnya, masih terdapat kecenderungan bahwa pendidikan belum sepenuhnya dapat membantu perkembangan kepribadian anak didik secara optimal. Secara akademis masih nampak gejalabahwa anak didik belum mencapai prestasi belajar secara optimal. Hal ini nampak antara lain dalam gejala--gejala:  putus sekolah, tinggal kelas, lambat belajar,  berprestasi rendah,, kekurang--percayaan masyarakat terhadap basil pendidikan, dan sebagainya. Secara psikologis masih banyak adanya gejala perkembangan kepribadian yang  perkembangan kepribadian yang kurang matang, kurang percaya pada diri sendiri, kecemasan, putus asa, bersikap santai, kurang responsif, ketergantungan,pribadi yang tidak seimbang, dan sebagainya. Demikian juga secara sosial ada kecenderungan anak didik memiliki kemampuan penyesuaian sosial secara memadai.
Landasan pedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi, yaitu:
1.         Pendidikan sebagai upaya pengembangan Individu: Bimbingan merupakan bentuk upaya pendidikan
Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Seorang bagi manusia hanya akan dapat menjadi manusia sesuai dengan tuntutan budaya hanya melalui pendidikan. Tanpa pendidikan, bagi manusia yang telah lahir itu tidak akan mampu memperkembangkan dimensi keindividualannya, kesosialisasinya, kesosilaanya dan keberagamaanya. Undang-Undang No. 2 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat (1) ditegaskan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Tujuan bimbingan dan konseling tidak boleh menyimpang dengan tujuan pendidikan nasional, yakni yang terdapat dalam Undang-Undang No. 20/2003 juga, disebutkan bahwa : Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Integrasi bimbingan dan konseling dengan pendidikan juga tampak dari dimasukkannya secara berkesinambungan berbagai program pelayanan bimbingan dan konseling ke dalam program-program sekolah dan madrasah.
2.         Pendidikan sebagai inti Proses Bimbingan Konseling
Indikator utama yang menandai adanya pendidikan ialah peserta didik yang terlibat di dalamnya menjalani proses belajar dan kegiatan bimbingan konseling bersifat normatif.
Bimbingan dan konseling mengembangkan proses belajar yang dijalani oleh klien-kliennya. Kesadaran ini telah tampil sejak pengembangan gerakan Bimbingan dan Konseling secara meluas di Amerika Serikat . pada tahun 1953, Gistod telah menegaskan Bahwa Bimbingan dan Konseling adalah proses yang berorientasi pada belajar……, belajar untuk memahami lebih jauh tentang diri sendiri, belajar untuk mengembangkan dan merupakan secara efektif berbagai pemahaman.. (dalam Belkin, 1975). Lebih jauh, Nugent (1981) mengemukakan bahwa dalam konseling klien mempelajari ketrampilan dalam pengambilan keputusan. Pemecahan masalah, tingkah laku, tindakan, serta sikap-sikap baru . Dengan belajar itulah klien memperoleh berbagai hal yang baru bagi dirinya; dengan memperoleh hal-hal baru itulah klien berkembang.
3.         Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan Bimbingan tujuan dan konseling
Bimbingan dan konseling mempunyai tujuan khusus ( jangka pendek ) dan tujuan umum ( jangka panjang ). Mengutip pendapat Crow and Crow, Prayitno dan Erman Amti menyatakan bahwa tujuan khusus dalam pelayanan bimbingan dan konseling ialah membantu individu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya, sedangkan tujuan umumnya ialah bimbingan itu sendiri.

Tujuan Bimbingan dan Konseling disamping memperkuat tujuan-tujuan pendidikan, juga menunjang proses pendidikan pada umumnya. Hal itu dapat dimengerti karena program-program bimbingan dan konseling meliputi aspek-aspek tugas perkembangan individu, khususnya yang menyangkut kawasan kematangan pendidikan karier, Kematangan personal dan emosional, serta kematangan sosial, semuanya untuk peserta didik pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan pendidikan menengah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar