Sesuai
dengan kebijaksanaan pemerintah, pendidikan diartikan sebagai suatu usaha sadar
untuk mengembangkan kepribadian yang berlangsung di sekolah maupun di luar
sekolah dan berlangsung seumur hidup. Sedangkan tujuan pendidikan sebagaimana
dikemukakan dalam GBHN adalah:
“Untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan,
keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, mempertebal
semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia--manusia
pembanunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama bersama--sama
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”. Dan pengertian dan tujuan di atas,
jelas bahwa yang menjadi tujuan inti dari pendidikan adalah perkembangan
kepribadiansecara optimal dan setiap anak didik sebagai pribadi. .
Dengan
demikian setiap kegiatan proses pendidikan diarahkan kepada tercapainya pribadi
yang berkembang sesuai dengan potensi masing--masing.
Contoh
untuk menuju tercapainya pribadi yang berkembang, maka kegiatan pendidikan
hendaknya bersifat menyeluruh yang tidak hanya berupa kegiatan instruksional
(pengajaran), akan tetapi meliputi
kegiatan yang menjamin bahwa setiap anak didik secara pribadi mendapat layanan sehingga akhirnya
dapat berkembang secara optimal. Kegiatan pendidikan yang diinginkan
sepertitersebut di atas, adalah kegiatan pendidikan yang ditandai dengan
pengadministrasian yang baik, kurikulum beserta prosesbelajar mengajar yang memadai, dan layanan pribadi kepada
anak didik melalui bimbingan.
Dalam
hubungan inilah bimbingan mempunyai peranan yang amat penting dalam pendidikan,
yaitu membantu setiap pribadi anak didik agar berkembang secara optimal. Dengan
demikian maka hasil pendidikan sesungguhnya akan tercermin pada pribadi anak
didik yang berkembang baik secara akademik, psikologis, maupun yang berkembang baik secara akademik,
psikologis, maupun sosial.
Contoh
kalau kita menyimak kenyataan yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia pada
umumnya, masih terdapat kecenderungan bahwa pendidikan belum sepenuhnya dapat
membantu perkembangan kepribadian anak didik secara optimal. Secara akademis
masih nampak gejalabahwa anak didik belum mencapai prestasi belajar secara
optimal. Hal ini nampak antara lain dalam gejala--gejala: putus sekolah, tinggal kelas, lambat belajar,
berprestasi rendah,, kekurang--percayaan
masyarakat terhadap basil pendidikan, dan sebagainya. Secara psikologis masih
banyak adanya gejala perkembangan kepribadian yang perkembangan kepribadian yang kurang matang,
kurang percaya pada diri sendiri, kecemasan, putus asa, bersikap santai, kurang
responsif, ketergantungan,pribadi yang tidak seimbang, dan sebagainya. Demikian
juga secara sosial ada kecenderungan anak didik memiliki kemampuan penyesuaian
sosial secara memadai.
Landasan
pedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi, yaitu:
1.
Pendidikan sebagai
upaya pengembangan Individu: Bimbingan merupakan bentuk upaya pendidikan
Pendidikan adalah upaya
memanusiakan manusia. Seorang bagi manusia hanya akan dapat menjadi manusia
sesuai dengan tuntutan budaya hanya melalui pendidikan. Tanpa pendidikan, bagi
manusia yang telah lahir itu tidak akan mampu memperkembangkan dimensi
keindividualannya, kesosialisasinya, kesosilaanya dan keberagamaanya. Undang-Undang
No. 2 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat (1) ditegaskan
bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Tujuan bimbingan dan
konseling tidak boleh menyimpang dengan tujuan pendidikan nasional, yakni yang
terdapat dalam Undang-Undang No. 20/2003 juga, disebutkan bahwa : Pendidikan
Nasional bertujuan mencerdaskan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Integrasi bimbingan dan konseling dengan
pendidikan juga tampak dari dimasukkannya secara berkesinambungan berbagai
program pelayanan bimbingan dan konseling ke dalam program-program sekolah dan
madrasah.
2.
Pendidikan sebagai inti
Proses Bimbingan Konseling
Indikator utama yang
menandai adanya pendidikan ialah peserta didik yang terlibat di dalamnya
menjalani proses belajar dan kegiatan bimbingan konseling bersifat normatif.
Bimbingan dan konseling
mengembangkan proses belajar yang dijalani oleh klien-kliennya. Kesadaran ini
telah tampil sejak pengembangan gerakan Bimbingan dan Konseling secara meluas
di Amerika Serikat . pada tahun 1953, Gistod telah menegaskan Bahwa Bimbingan
dan Konseling adalah proses yang berorientasi pada belajar……, belajar untuk
memahami lebih jauh tentang diri sendiri, belajar untuk mengembangkan dan
merupakan secara efektif berbagai pemahaman.. (dalam Belkin, 1975). Lebih jauh,
Nugent (1981) mengemukakan bahwa dalam konseling klien mempelajari ketrampilan
dalam pengambilan keputusan. Pemecahan masalah, tingkah laku, tindakan, serta
sikap-sikap baru . Dengan belajar itulah klien memperoleh berbagai hal yang
baru bagi dirinya; dengan memperoleh hal-hal baru itulah klien berkembang.
3.
Pendidikan lebih lanjut
sebagai inti tujuan Bimbingan tujuan dan konseling
Bimbingan dan konseling
mempunyai tujuan khusus ( jangka pendek ) dan tujuan umum ( jangka panjang ).
Mengutip pendapat Crow and Crow, Prayitno dan Erman Amti menyatakan bahwa
tujuan khusus dalam pelayanan bimbingan dan konseling ialah membantu individu
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya, sedangkan tujuan umumnya ialah
bimbingan itu sendiri.
Tujuan Bimbingan dan
Konseling disamping memperkuat tujuan-tujuan pendidikan, juga menunjang proses
pendidikan pada umumnya. Hal itu dapat dimengerti karena program-program
bimbingan dan konseling meliputi aspek-aspek tugas perkembangan individu,
khususnya yang menyangkut kawasan kematangan pendidikan karier, Kematangan
personal dan emosional, serta kematangan sosial, semuanya untuk peserta didik
pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan pendidikan menengah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar