BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir, isu pemanasan global semakin sering
dibicarakan. Makalah ini akan membahas gambaran umum pemanasan global,
aktivitas manusia dan peranannya dalam pemanasan global beserta akibat dari
pemanasan global itu sendiri.
Pemanasan global telah menyebabkan
perubahan iklim yang signifikan, seperti yang terjadi di negara kita, efek dari
pemanasan ini telah menyebabkan perubahan iklim yang ekstrim seperti halnya di
daerah Semarang tepatnya di Gunung Pati suhu udara semakin tinggi. Di beberapa
daerah sering terjadi hujan lebat yang mengakibatkan banjir dan longsor, bahkan kekeringan yang mengancam
jiwa manusia.
Seperti yang telah kita ketahui segala
sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar
energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak.
Ketika energi ini mengenai permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas
yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan
memantulkan kembali sisanya sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke
angkasa luar. Namun, sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat
menumpuknya jumlah gas rumah kaca yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini.
Gas-gas ini menyerap dan memantulkan
kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut
akan tersimpan di permukaan Bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan
mengakibatkan suhu rata-rata bumi terus meningkat.
B. Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah ialah sebagai
berikut :
1.
Apa saja Faktor penyebab masalah global warming ?
2.
Bagimana mekanisme perubahan lingkungan pada global
warming?
3.
Apa saja dampak pada kesehatan ?
4.
Apa saja konsep cara pencegahan global warming ?
5.
Bagaimana penanggulangan masalah global warming ?
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk :
1.
Untuk mengetahui faktor penyebab masalah global warming
2.
Untuk mengetahui mekanisme perubahan lingkungan pada
global warming
3.
Untuk mengetahui dampak pada kesehatan
4.
Untuk mengetahui konsep cara pencegahan global warming
5.
Untuk mengetahui penanggulangan masalah global warming
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pemanasan Global
Pemanasan global (Global Warming) pada dasarnya merupakan fenomena
peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah
kaca (greenhouse effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas
seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitrooksida (N2O) dan CFC
sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi. Berbagai literatur
menunjukkan kenaikan temperatur global – termasuk Indonesia – yang terjadi pada
kisaran 1,5 – 40 oC pada akhir abad 21.
Pemanasan global menimbulkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan
bio- geofisik (seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut, perluasan
gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan
fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit, dan sebagainya).
Sedangkan dampak bagi aktivitas sosial- ekonomi masyarakat meliputi :
(a) gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan kota pantai, (b) gangguan
terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti jaringan jalan, pelabuhan dan
bandara (c) gangguan terhadap permukiman penduduk, (d) pengurangan
produktivitas lahan pertanian, (e) peningkatan resiko kanker dan wabah
penyakit, dan sebagainya (Anonim, 2007).
Pemanasan global (Global Warming)
adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan
daratan bumi. Temperatur rata-rata global pada permukaan bumi telah meningkat
0.18 °C selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate
Change (IPCC) menyimpulkan bahwa,
“sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata global sejak pertengahan abad
ke- 20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah
kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca.
Peningkatan temperatur global diperkirakan akan menyebabkan
perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya muka air laut, meningkatnya
intensitas kejadian cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola
presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya
hasil pertanian, hilangnya gletser dan punahnya berbagai jenis hewan (Smart
Click, 2011).
Jadi, pemanasan global adalah merupakan meningkatnya temperatur di
planet bumi secara global, meliputi peningkatan temperatur atmosfir, temperatur
laut dan temperatur daratan bumi yang menimbulkan dampak secara langsung maupun
tidak langsung terhadap masa depan bumi termasuk manusia dan makhluk hidup
lain. Dampak yang ditimbulkan cenderung mengancam eksistensi bumi, dan
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya.
Banyak orang termasuk para ahli yang mensinyalir atau menuding bahwa
penyebab kenaikan temperatrur bumi adalah aktivitas-aktivitas manusia yang
memicu dan mendorong timbulnya gas efek rumah kaca. Berbagai aktivitas manusia
yang memicu peningkatan gas efek rumah kaca antara lain kegiatan industri,
pembabatan hutan secara terus-menerus, kendaraan bermotor, kegiatan peternakan
dan rumah tangga. Pemicu atau penyumbang gas efek rumah tangga yang dominan
adalah kegiatan industri (dan pabrik-pabrik), kendaraan bermotor, dan
perambahan hutan yang berlangsung secara terus-menerus.
B. Faktor
penyebab masalah global warming
Berikut adalah factor-faktor yang
menyebabkan terjadinya pemanasan global atau yang lebih dikenal global
warming.
1.
Efek Rumah kaca
Segala sumber energi yang terdapat di
Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi
gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan
Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan
Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian
dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar.
Namun sebagian panas tetap terperangkap
di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air,
karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang
radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang
yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan
Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata
tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana
gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di
atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan
oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan
menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi
sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya semula, jika tidak ada
efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh
permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah
berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.
2.
Efek umpan balik
Efek umpan balik karena pengaruh awan
sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan
memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan
meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut
akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga
meningkatkan efek pendinginan.
Apakah efek netto-nya menghasilkan
pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu
seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit
direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila
dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim
(sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan
Pandangan IPCC ke Empat).
Walaupun demikian, umpan balik awan
berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan
dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam
Laporan Pandangan IPCC ke Empat. Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya
kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika temperatur global
meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus
meningkat.
Bersamaan dengan melelehnya es tersebut,
daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki
kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan
akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah
pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu
siklus yang berkelanjutan.
3.
Bocornya lapisan ozon
Sebelum energi matahari mencapai
bumi,energi tersebut akan difilter terlebih dahulu oleh lapisan ozon yang ada
di atmosfer.Tetapi hasil penelitian menunjukkan telah terjadinya penipisan
lapisan ozon.Sudah bisa ditebak apa akibat yang terjadi jika lapisan ozon ini
rusak,atau bahkan bolong.
Salah satu penyebab penipisan ozon ini
adalah meningkatnya pemakaian Chloro Flouro Carbon (CFC).CFC dipakai dalam
kehidupan sehari-hari pada lemari es,air conditioner,bahan pendorong pada
penyembur,pembuat buih,dan sebagai bahan pelarut.
4.
Pelepasan Gas Metan / CH4
Hasil penelitian yang dilakukan baru baru
ini di daerah Siberia , Arktik menunjukan berjuta-juta ton gas rumah kaca metan
dilepaskan. Daratan beku itu mulai mencair dan karbon yang terkurung di
dalamnya mulai bocor keluar dalam bentuk karbon dioksida dan metana, gas rumah
kaca yang mudah terbakar dan 72 kali lebih kuat daripada CO2.
Adapun konsentrasi gas metan di beberapa
tempat mencapai hingga 100 kali diatas normal. Pelepasan gas metan setelahnya
mencapai 0.5 megaton per tahun. Kemungkinan kenaikan gas metan di planet di
pengaruhi oleh oleh dua faktor yakni pelepasan gas metan dari dasar laut dan
terlepasnya gas metan dari tanah beku yang mencair.
5.
Variasi Matahari
Variasi matahri adalah pengaruh
penyinaran matahari pada suatu tempat berbeda dengan tempat yang lain.Ada
beberapa penelitian menunjukkan bahwa kontribusi matahri dalam pemanasan global
mungkin telah diabaikan.Dua ilmuwan dari Duke University mengemukakan bahwa
matahari telah berkontribusi sekitar 45-50% terhadap rata rata suhu bumi dalam
rentang periode tahun 1900 – 2000 , dan 25 – 35% rentang tahun 1980 – 2000.
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa
variasi dari Matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan,
dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini. Perbedaan
antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah
meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek
rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah
paling tidak telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila
aktivitas Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini
6.
Penebangan Hutan
Dengan adanya pembabatan hutan di dunia
yang tiap tahun mencapai 30 juta hektar, jelas turut meperparah keadaan .Hutan
yang selama ini menjadi pelindung bagi berbagai jenis satwa dari ancaman
pemanasan global seharusnya dapat membantu mengurangi pemanasan global .Tapi ,
dalam kenyataan di lapangan masalah tersebut sangat akut.Yakni hutan amazon,
yang hamper 70% wilayahnya habis dibabati oleh manusia dalam rangka produksi
hasil daging.
Sedangkan di Indonesia itu sendiri,
masalah pembabatan hutan tersebut disebabkan karena pembukaan lahan baru yang
bertujuan membuka perkebunan, keinginan memperoleh penghasilan dari penjualan
kayu atau hasil hutan yang jika dilakukan secara legal memerlukan baiya yang
sangat tinggi.Hal tersebut dipengaruhi karena tingkat kesadaran masyarakat
terhadap lingkungan yang masih sangat rendah.
7.
Gas Metana dari peternakan
Dari hasil penelitian di sebutkan bahwa
total emisi gas rumah kaca negara Argentina 30% nya berasal dari hewan . Para
peneliti menemukan bahwa sumber gas metan terbesar berasal dari sapi dan domba
yang sengaja diternakan untuk diambil wol. Pada suatu perhitungan ditemukan
bahwa metan memiliki kekuatan 72 kali lebih besar daripada CO2 selama
lebih dari 20 tahun. Kenyatan ini sangat mengejutkan, karena pada dasarnya,
jumlah ini melebihi dari pembangkit listrik tenaga batu bara. Terlebih lagi
sapi sapi tersebut melepaskan 800 hingga 1000 liter gas setiap hari.
8.
Gas metana dari pertanian
Gas metana menempati urutan kedua setelah
karbondioksida yang menjadi penyebab terdinya efek rumah kaca. Gas metana dapat
bersal dari bahan organik yang dipecah oleh bakteri dalam kondisi kekurangan
oksigen, misalnya dipersawahan.
9.
Alih Fungsi Lahan dan Pembabatan Hutan
Sumber lain CO2 berasal
dari alih fungsi lahan di mana ia bertanggung jawab sebesar 17.4%. Pohon dan
tanaman menyerap karbon selagi mereka hidup. Ketika pohon atau tanaman membusuk
atau dibakar, sebagian besar karbon yang mereka simpan dilepaskan kembali ke
atmosfer. Pembabatan hutan juga melepaskan karbon yang tersimpan di dalam
tanah. Bila hutan itu tidak segera direboisasi, tanah itu kemudian akan
menyerap jauh lebih sedikit CO2.
10. Transportasi
Sumbangan seluruh sektor transportasi
terhadap emisi gas rumah kaca mencapai 13,1%. Sektor transportasi dapat dibagi
menjadi transportasi darat, laut, udara, dan kereta api. Dari total sumbangan
13,1% itu, sumbangan terbesar berasal dari transportasi darat (79,5%), disusul
kemudian oleh transportasi udara (13%), transportasi laut (7%), dan terakhir
kereta api (0,5%).
11. Kerusakan
hutan
Keberadaan hutan sebagai paru-paru dunia
memiliki peran yang sangat penting dalam mencegah pemanasan global. Hutan yang
lebat dan subur bisa mengubah karbondoksida menjadi O2 yang
merupakan bagian penting dari hidupnya suatu mahluk. Jadi tumbuhan memang
sangat diperlukan. Tetapi dalam kondisi sekarang ini, sebagian besar hutan di
dunia telah rusak dan telah digantikan oleh kota-kota dengan gedung yang megah.
12. Polusi
Karbondioksida dari pembangkit listrik bahan bakar fosil
Ketergantungan kita yang semakin
meningkat pada listrik dari pembangkit listrik bahan bakar fosil membuat
semakin meningkatnya pelepasan gas karbondioksida sisa pembakaran ke atmosfer.
Sekitar 40% dari polusi karbondioksida dunia, berasal dari produksi listrik
Amerika Serikat. Kebutuhan ini akan terus meningkat setiap harinya. Sepertinya,
usaha penggunaan energi alternatif selain fosil harus segera dilaksanakan.
Tetapi, masih banyak dari kita yang enggan untuk melakukan ini.
13. Polusi
Karbondioksida dari pembakaran bensin untuk transportasi
Sumber polusi karbondioksida lainnya
berasal dari mesin kendaraan bermotor. Apalagi, keadaan semakin diperparah oleh
adanya fakta bahwa permintaan kendaraan bermotor setiap tahunnya terus
meningkat seiring dengan populasi manusia yang juga tumbuh sangat pesat.
Sayangnya, semua peningkataan ini tidak diimbangi dengan usaha untuk mengurangi
dampak.
14. Penggunaan
pupuk kimia yang berlebihan
Pada kurun waktu paruh terakhir abad
ke-20, penggunaan pupuk kimia dunia untuk pertanian meningkat pesat. Kebanyakan
pupuk kimia ini berbahan nitrogenoksida yang 300 kali lebih kuat dari
karbondioksida sebagai perangkap panas, sehingga ikut memanaskan bumi. Akibat
lainnya adalah pupuk kimia yang meresap masuk ke dalam tanah dapat mencemari
sumber-sumber air minum kita.
C. Mekanisme
Perubahan Lingkungan
Proses ini diawali dari cahaya tapak dari
matahari sebagian dikembalikan keangkasa dan sebagian lagi diserap oleh bumi
(yang mana pantulan tersebut dikembalikan lagi dalam wujud radiasi inframerah).
Radiasi matahari tadi melalui bumi melalui
atmosfer,karena semakin banyak radiasi matahari tadi di lapisan atmosfer
bumi, sehingga menyebabkan lubang ozon. Kebanyakan dari radiasi
matahari diserap oleh permukaan bumi dan memanaskannya.
Radiasi inframerah dipancarkan oleh
permukaan bumi,Radiasi inframerah yang dipancarkan kembali oleh bumi diserap
oleh CO2 di atmosfer yang kemudian sebagian dipancarkan ke angkasa (a) sebagian
lagi dikembalikan ke atmosfer bumi dan (b) CO2 yang kembali ke atmosfer bumi
itulah yang disebut dengan pemanasan global (global warming).
D.
Dampak kesehatan akibat global warming
Pemanasan global selain berakibat buruk bagi kehidupan dan keseimbangan
ekosistem, juga berdampak serius bagi kesehatan umat manusia. Beberapadampak
serius pemanasan global bagi kesehatan manusia, misalnya adalah :
1.
Penyakit infeksi
Perubahan iklim berdampak pada munculnya beberapa jenis
penyakit infeksi baru seperti ebola, flu burung, dan beberapa penyakit hewan
yang dapat menular kepada manusia. Penyakit yang paling rentan terjadi di
Indonesia adalah penyakit degeneratif dan penyakit menular. Hal ini dapat
dengan cepat berkembang pada masyarakat yang kondisi gizi kurang baik dan
kondisi kesehatan lingkungan yang kurang memadai. (Dr. Wan Alkadri, Msc.)
2.
Penyakit saluran pernapasan
World Health Organization menyebutkan akibat
lain pemanasan global adalah penyakit saluran pernapasan. Bettina Menne,
anggota WHO divisi Eropa mengatakan, “Gelombang panas menyebabkan jumlah materi
dan debu di udara meningkat,” Suhu udara yang semakin hangat juga membawa
penyakit alergi. Selain itu, banyaknya jumlah kebakaran hutan baik disengaja
ataupun karena panasnya cuaca memperburuk ancaman penyakit saluran pernapasan
ini.
3.
Penyebaran penyakit DBD dan malaria
Pemanasan global berdampak pada semakin singkatnya
siklus perkawinan dan pertumbuhan nyamuk dari telur menjadi larva dan nyamuk
dewasa. Akibatnya, jumlah populasi nyamuk berkembang sangat cepat. Ini terutama
terjadi di kawasan Afrika dan Asia. Dua penyakit serius akibat gigitan nyamuk
adalah penyakit malaria dan demam berdarah dengue (DBD). Kedua penyakit ini
sangat sensitif terhadap perubahan iklim. Kita sudah merasakannya langsung
ganasnya kedua penyakit tersebut, yakni tingginya angka korban penderita demam
berdarah dan malaria dibeberapa daerah.
Beberapa penyakit yang diperantarai oleh
nyamuk sebagai vektor biasanya peka terhadap perubahan
cuaca (EPSTEIN, 2001; ZELL et al., 2008). Perubahan iklim yang
terkait dengan faktor cuaca, curah hujan, suhu dan kelembaban
dapatmempengaruhi dinamika biologi dan populasi dari vektor berupa nyamuk
yang sebagian siklus hidupnya berhabitat di dalam air.
Suhu yang sangat ekstrim akanmengurangi populasi nyamuk,
misalnya larva Culex annulirostris akan mati pada
suhu di bawah 10 oC dan di atas 40 oC
(MCMICHAEL dan WOODRUFF, 2008).Tetapi pada suhu yang meningkat sampai batas
tertentu dapat mengurangi waktu yang diperlukan untuk pengembangan larva,
sehingga akan lebih banyakgenerasi nyamuk yang dihasilkan pada satuan waktu
yang sama.
Dalam hal iniCulex annulirostris umumnya
memerlukan waktu 12 – 13 hari dari periode telur sampai dengan dewasa pada
suhu 25 oC, tetapi pada suhu 30 oC hanya
memerlukan waktu 9 hari dari telur sampai dengan dewasa (KAY dan AASKOV,
1989).
4.
Penyakit akibat penipisan lapisan Ozone
Dampak pemanasan global bagi kesehatan juga terjadi
karena pengaruh penipisan ozone seperti meningkatnya intensitas sinar
ultra violet. Intensitas sinar UV yang mencapai permukaan bumi menyebabkan
gangguan terhadap kesehatan, seperti kanker kulit, katarak, penurunan daya
tahan tubuh, pertumbuhan mutasi genetik, dan memperburuk penyakit-penyakit umum
asma dan alergi.
5.
Penyakit yang berhubungan dengan panas
Lebih jauh global warming juga bisa berakibat
terjangkitnya penyakit yang berkaitan dengan panas (heat stroke), terutama
pada lansia dan anak-anak. Suhu yang panas juga bisa menyebabkan kegagalan
sektor pertanian, sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi.
Selanjutnya perubahan iklim dan naiknya permukaan air
laut dapat menyebabkan berbagai bencana alam seperti banjir, badai topan dan
kebakaran. Dan bencana alam hampir selalu disertai dengan migrasi penduduk ke
kantong-kantong pengungsian. Di tempat pengungsian ini sering muncul penyakit,
seperti : diare, gatal-gatal dan penyakit kulit lain, kurang gizi, defisiensi
mikronutrien, trauma psikologis, dan lain-lain.
Pengaruh perubahan iklim terhadap kejadian penyakit
hewan juga dapat terjadi secara tidak langsung misalnya, terjadinya banjir
sehingga agen penyakit terbawa aliran banjir ke lokasi lain atau vektor
penyakit yang juga sebagai reservoar menyebar ke berbagai lokasi lain atau
pemukiman lain. Hal ini dapat menimbulkan wabah seperti penyakit leptospirosis
pada manusia dimana tikus yang bertindak sebagai reservoar, bakteri Leptospira spp.
akan tersebar ke pemukiman/daerah lain melalui urin tikus dan dapat menginfeksi
manusia atau hewan lain sehingga terjadi wabah penyakit leptospirosis (KUSMIYATI et
al., 2005).
Rata-rata kenaikan muka air laut secara global setelah
dikurangi penurunan tanah, diperkirakan naik antara 8 13 cm pada
tahun 2030, antara 17 29 cm pada tahun 2050, dan antara
35 82 cm pada tahun 2100 (IOM, 2008). Wilayah yang paling rentan
terkena dampak tersebut adalah wilayah pesisir karena berbatasan langsung
dengan laut serta wilayah dataran rendah yang berada di sekitarnya. Ketika
permukaan air laut naik melebihi ketinggian daratan, maka air laut akan
menggenangi seluruh daratan tesebut. Kondisi ini akan memperburuk kualitas
lingkungan dan kehidupan masyarakat di sekitarnya (Nila, 2009).
E.
Dampak lingkungan akibat global warming
1.
Gletser Menciut
Gletser adalah daratan yang terbuat dari es. Gletser bakal ikut meleleh
dan menciut seiring dengan bertambahnya suhu bumi. Suhu bumi meningkat karena
tingginya emisi gas rumah kaca di atmosfer. Selama tahun 1990- 2005 saja suhu
bumi naik 0,15 – 0,3 derajat celcius. Gletser Himalaya yang memasok air ke
sungai Gangga sekaligus menyediakan irigasi dan suplai air minum untuk 500 juta
penduduk,menyusut 37 meter pertahun.Gletser.
2.
Pulau Tenggelam
Indonesia , Amerika Serikat, dan Bangladesh adalah beberapa negara yang
paling terancam tenggelam. Bahkan beberapa pulau di Indonesia sudah hilang
tenggelam. Ini disebabkan mencairnya permukaan gletser di kutub yang membuat
volume air laut meningkat drastis. Menyusutnya hutan bakau memperparah
pasangnya air laut.
Sekarang saja pasang air laut Pantai Kuta telah membanjiri beberapa lobi
hotel disekitarnya. Pulau Jawa juga bernasib sama , sampai saat ini permukaan
Teluk Jakarta sudah naik 0,8 cm. Dan kalau suhu bumi terus naik , tahun 2050
derah-daerah Jakarta dan Bekasi seperti Kosambi , Penjaringan , Cilincing ,
Muaragembong , dan Tarumajaya akan terendam.
3.
Badai
Badai memang bisa terjadi karena kehendak alam. Tapi suhu air yang
menghangat akibat global warming mendukung terjadinya badai yang jauh lebih
kuat dan besar. Beberapa tahun belakangan ini , negara-negara di Eropa,
Amerika, dan Karibia telah mengalami begitu banyak badai dibandingkan abad
sebelumnya. Bahkan badai-badai tersebut bukan cuma badai biasa, namun masuk
kategori badai mematikan , seperti badai katrina,badai ike, badai nargis, badai
rita,dll.
4.
Gelombang Panas
Tahun 2003 lalu, Eropa diserang gelombang panas alias heat wave , yang
menewaskan banyak orang. Mengejutkan ! Tapi bencana ini sudah diperkirakan
ratusan tahun yang lalu , tepatnya tahun 1900 oleh para ilmuwan di masa itu .
Gelombang panas memang pernah terjad beberapa kali di bumi , namun belakangan
ini makin sering terjadi. Dan diperkirakan 40 tahun lagi frekwensinya akan
meningkat 100 kali lipat.
5.
Kekeringan
Afrika, India, dan daerah-daerah kering lainnya bakal menderita
kekeringan lebih parah ! Air akan makin sulit di dapat dan tanah tak bisa
ditanami apa-apa lagi, hingga suplai makanan berkurang drastis. Ilmuwan
memperkirakan hasil tani negara-negara Afrika akan menurun 50 % di tahun 2020 ,
dan tingkat kekeringan di dunia meningkat 66 % . Tak terbayang kalau kekeringan
ini sampai terjadi di bumi ini.
6.
Mahkluk Hidup Punah
Sebanyak 30 % mahkluk hidup yang ada sekarang bakal musnah tahun 2050
kalau temperatur bumi terus naik. Spesies yang punah ini kebanyakan yang
habitatnya di tempat dingin . Hewan-hewan laut diperkirakan banyak yang tak
bisa bertahan setelah suhu air laut jadi menghangat. Kalau tumbuhan dan hewan
makin berkurang, jelas manusia akhirnya terancam karena kekurangan bahan
makanan.
F.
Cara Mengatasi Global Warming
1.
Cara Mengatasi Secara Internasional
a.
Penerapan Protokol Kyoto Protokol Kyoto merupakan
kesepakatan utama beberapa negara (lebih dari 160 negara) sebagai
amandemen Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Cuaca PBB untuk
mengatasi ancaman pemanasan global (global warming). Bagi negara yang belum meratifikasi
seperti Australia, Kazakhstan diharapkan segera meratifikasi. Sedangkan bagi
yang sudah meratifikasi perlunya penerapan sanksi bagi yang melanggarnya. Pakta
ini berakhir 2012, dan pembicaraan internasional dimulai pada Mei 2007 lalu
mengenai pakta yang akan datang guna menggantikan yang sekarang masih
berlaku.
b.
Pembentukan Badan atau Lembaga Internasional Pentingnya peran PBB untuk mempelopori
pembentukan Badan atau Lembaga baru guna menangani ancaman maupun korban
pemanasan global (global warming).
Sebagaimana Badan atau Lembaga bentukan PBB untuk menangani
masalah-masalah sosial seperti untuk pengungsi PBB membentuk UNHCR, masalah
pendidikan mempunyai UNESCO, untuk kesehatan ada WHO, dan masih banyak lagi
Badan atau Lembaga bentukan PBB. Mengingat kalau hanya berpegang pada suatu
pakta atau kerjasama antar negara sifatnya kurang terlalu mengikat.
c.
Membentuk atau Menyelenggarakan Forum
Internasional Hal tersebut dimaksudkan
sebagai wahana atau wadah untuk menyampaikan hasil kajian, temuan hasil
penelitian untuk dibahas oleh forum yang dihadiri oleh para ilmuwan, praktisi,
maupun pemimpin negara guna mendengarkan hasil temuan melalui penelitian maupun
hasil kajian tentang ancaman pemanasan global (global warming) untuk dijadikan
dasar mengambil keputusan sebelum
menerapkan suatu kebijakan. Hal ini sudah dipelopori dengan IPPC yaitu Panel
Antar Pemerintah mengenai Perubahan Cuaca, yaitu suatu aktivitas yang
disponsori oleh PBB untuk menyelenggarakan pertemuan secara periodik diantara
delegasi- delegasi internasional guna membahas masalah pemanasan global (global
warming) dan isu-isu kertas kerja dan pengukuran dalam hal status
ilmiah perubahan cuaca
saat ini, dampaknya dan
kelonggarannya. Secara konkrit pada tahun 1997, IPPC menyelenggarakan
konferensi di Bonn Jerman dan di Bangkok Thailand. Akan lebih baik lagi, jika
forum-forum atau panel seperti IPPC juga didirikan agar hasilnya bisa beragam
dan saling melengkapi.
d.
Perlunya Gerakan Moral Peduli Lingkungan Secara
Internasional Karena pemanasan global (global warming) bukan lagi isu politik
melainkan sudah merupakan
isu moral, maka
perlu adanya gerakan yang secara
konkrit menyuarakan pentingnya gerakan moral untuk memerangi ancaman pemanasan
global (global warming) yang amat dahsyat. Hal itu sudah dilakukan oleh aktivis
lingkungan Greenpeace. Namun rasanya masih jauh dari harapan. Ataupun hal itu
sebagaimana ditunjukkan oleh mantan Wakil Presiden Al Gore yang telah
mengkampanyekan isu-isu pemanasan global (global warming) dan
dampak yang ditimbulkannya lewat
film.
2.
Cara Mengatasi Secara Nasional
a.
Penerapan Konsep pembangunan berkelanjutan atau
berkesinambungan yang berwawasan kepada lingkungan hidup.
Hendaknya pelaksanaan konsep tersebut
jangan dibebankan hanya kepada pemerintah semata, mengingat keterbatasan
institusi/lembaga pemerintah. Akan tetapi hendaknya menjadi beban atau
tanggungjawab seluruh lapisan
masyarakat Indonesia.
b.
Kebijakan penanggulangan emisi industri
Salah satu pilihan kebijakan yang
perlu dipertimbangkan oleh pemerintah guna melestarikan lingkungan hidup adalah
kebijakan pembatasan pencemaran yang bersumber dari sektor-sektor industri.
Caranya, mulai dari pengenaan tarif pajak emisi, penerbitan izin emisi,
penerapan penjatahan atau kuota emisi serta penetapan standar-standar teknis.
c.
Perlunya diversifikasi atau pengembangan energi
alternatif
Sebenarnya pengembangan energi
alternatif sebagai pengganti minyak dan gas bumi adalah kebutuhan yang sudah
sangat mendesak. Akan tetapi kemauan pemerintah (political will) tersebut hanya sebatas di tingkat wacana atau rencana,
karena implementasinya sangat lemah dan tidak memuaskan.
Misalnya pengembangan teknologi dan
alternatif energi minyak jarak masih jalan di tempat. Padahal tanpa sadar
komitmen itu sudah lama diwacanakan. Juga tentang pembangunan PLTN (Pembangkit
Listrik Tenaga Nuklir) yang dicetuskan tahun 1997, namun sampai kini
realisasinya masih jauh dari
harapan, dan bahkan masih menjadi perdebatan yang masih panjang.
Padahal jika tidak dari sekarang
segera dicari alternatif pengganti minyak dan gas bumi, maka di masa yang akan
datang akan menimbulkan kesulitan oleh karena kelangkaan energi yang bersumber
dari kandungan bumi.
d.
Perlunya Budaya Hemat Energi
Meskipun langkah ini hanya bersifat
himbauan, akan tetapi apabila terus menerus dikampanyekan secara baik dan
simpatik dengan memberi contoh-contoh kongkrit akibat dari adanya pemanasan
global, maka akan dapat merubah
sikap dan perilaku
untuk hemat energi.
e.
Sanksi Tegas
Masih rendahnya penerapan sanksi
terhadap mereka (perorangan maupun lembaga) yang melakukan pelanggaran
menyebabkan pemanasan global (global warming) semakin serius dan dahsyat
mengancam kehidupan manusia
f.
Keteladanan Pemimpin Nasional
Dengan memberi contoh yang mengarah kepada
pola hidup atau aktivitas yang bertujuan menjaga kelestarian lingkungan dan
bumi
3.
Cara Mengatasi Secara Individual
a.
Menghindari pemakaian AC secara berlebihan
b.
Membiasakan
memisahkan limbah organik
dan non organik
c.
Tidak terlalu
sering menggunakan alat kebutuhan
berbahan baku yang tidak mudah hancur dalam waktu singkat/cepat, seperti
pemakaian alat kebutuhan terbuat dari plastik.
d.
Sedapat mungkin mengurangi pemakaian kendaraan bermotor
pribadi yang sering menimbulkan gas buang CO2 dan menimbulkan pencemaran serta
efek rumah kaca. Jika memungkinkan naik angkutan penumpang umum. Jika jarak
dari rumah ke obyek yang dituju tidak terlalu jauh usahakan jalan kaki atau
naik sepeda.
e.
Tidak berladang atau membuat pemukiman dengan membuka
atau merusak hutan.
f.
Memaksimalkan pencahayaan dari alam seperti sinar
matahari. Gunakan cat warna terang di tembok, gunakan genteng kaca plafon,
maksimalkan pencahayaanmelalui jendela. Cara ini sangat ampuh untuk menghemat
penggunaan listrik berlebihan.
g.
Matikan lampu tidak terpakai dan jangan tinggalkan air
menetes. Selain menghemat energi dan air bersih, ini akan menghemat banyak
tagihan listrik.
h.
Gunakan lampu hemat energi. Meskipun lebih mahal,
rata-rata mereka lebih kuat 8 kali dan lebih hemat hingga 80 % dari lampu pijar
biasa. lampu hemat energi sangat beragam jenisnya, ada lampu energi dengan
bentuk XL seperti Philip. Akhir-akhir ini muncul lagi lampu hemat energi
terbarukan yang pembuatannya berasal dari gabungan lampu LED (Light Emiting
Diode). Lampu hemat energi sejenis LED akan mampu menghemat energi bahkan lebih
dari 60% sehingga kebutuhan energi dalam negeri akan bisa tercukupi. Selain itu
penggunaan energi yang berlebihan juga akan menimbulkan terjadinya pemanasan
global. Sekarang kita bayangkan, di Indonesia masih banyak pembangkit listrik
tenaga batubara.
i.
Hindari posisi stand by pada elektronik Anda! Jika
semua peralatan rumah tangga kita matikan (bukan dalam posisi stand by) maka
kita akan mengurangi emisi CO2 yang luar biasa dari penghematan energi listrik.
Jika pengisian ulang baterai Anda sudah penuh, segera cabut! Telepon genggam,
pencukur elektrik, sikat gigi elektrik, kamera, dan lain-lain. Jika sudah penuh
segera cabut. Go rechargeable, gunakan peralatan dengan baterai yang bisa diisi
ulang.
j.
Daur ulang aluminium, plastik, dan kertas. Akan lebih baik
lagi jika Anda bisa menggunakannya berulang-ulang. Energi untuk membuat satu
kaleng alumunium setara dengan energi untuk menyalakan TV selama 3 jam.
k.
Gunakan air dingin untuk mencuci dan cucilah dalam jumlah
banyak. Jika Anda memiliki keluarga kecil, tidaklah perlu setiap hari mencuci.
Kumpulkanlah sampai kapasitas mesin cuci Anda terpenuhi, hal ini akan menghemat
air, mengurangi pemakaian listrik dan juga mengurangi pencemaran akibat
deterjen Anda. Gunakan juga deterjen dan pembersih ramah lingkungan. Saat ini
mungkin harganya memang lebih mahal. Tetapi bila Anda mampu, lakukanlah demi
masa depan anak cucu kita.
l.
Gunakan bahan bakar alami atau yang dapat diperbaharui
(di Indonesia tersedia bio solar dan bio pertamax). Luar biasa jika bisa Anda
bisa menggunakan bahan bakar hidrogen. atau jika jarak dekat gunakanlah sepeda.
m.
Bawa tas yang bisa dipakai ulang. Bawalah sendiri tas
belanja Anda, dengan demikian Anda mengurangi jumlah tas plastik/kresek yang
diperlukan. Belakangan ini beberapa pusat perbelanjaan besar di Indonesia sudah
mulai mengedukasi pelanggannya.
n.
Donasikan mainan yang sudah tidak pantas untuk umur
anak Anda. Hal ini akan mengurangi produksi mainan-mainan yang hanya akan terus
menghabiskan sumber daya bumi kita.
o.
Jika kita sering makan siang diluar kantor dengan
bungkusan dan rutin, lebih baik jika Anda membeli kotak makan atau tempat minum
yang kuat dan bisa dipakai berulang kali. Hindari media bungkus plastik atau
stereofoam (Berasal dari minyak bumi dan susah untuk diuraikan).
p.
Gunakan kertas lebih sedikit. Gunakan e-mail internal
Anda dan software perkantoran untuk membuat laporan internal. Cetaklah
laporan/presentasi hanya jika diperlukan untuk melakukan kesepakatan dengan
pihak luar.
q.
Edukasi kepada masyarakat mengenai Global Warming.
r.
Tanam pohon setiap ada kesempatan. Baik di lingkungan
ataupun dengan berpartisipasi dalam program penanaman pohon. Bisa dengan
menyumbang bibit, dana, dan lain-lain. Tergantung kesempatan dan kemampuan Anda
sendiri.
G.
Penanggulangan Masalah Global Warming
Pemanasan global merupakan masalah multikompleks dan memiliki pengaruh
dalam skala yang besar, yaitu mempengaruhi seluruh aktivitas manusia di dunia.
Oleh karena itu, penanggulangan masalah pemanasan global bukanlah masalah bagi
satu negara saja, bukan hanya masalah bagi Negara-negara industri saja,
melainkan masalah bagi seluruh negara di dunia ini. Maka, sangat diperlukan
kesadaran seluruh Negara di dunia untuk berkolaborasi menanggulangi pemanasan
global ini.
Kesadaran dunia akan perlunya kolaborasi menghadapi peningkatan emisi
karbon diwujudkan dalam Conference on Parties ke-13 United Nations Framework
Convention on Climate ( COP ke-13 UNFCC ) tanggal 13 – 14 Desember 2007 di
Denpasar, Bali. Indonesia turut berpartisipasi dalam konferensi ini.
Menjelang diselenggarakannya konferensi ini, berbagai kontroversi semakin
banyak bermunculan dan semakin meningkat. Kontroversi itu antara lain mengenai
rusaknya hutan diklaim sebagai penyabab utama meningkatnya pemanasan global.
Indonesia dan negara-negara berkembang yang lainnya dalam hal ini berada dalam
posisi yang tidak menguntungkan. Negara-negara maju terus menyalahkan negara
berkembang, khususnya Indonesia, karena dianggap lalai menjaga kelestarian
hutannya. Padahal kerusakan hutan bukanlah merupakan penyebab utama emisi
karbon. Bila dicermati, penyabab utama terjadinya kejenuhan emisi karbon ini
ternyata ada empat.
1.
kelistrikan yang menyumbang 42%;
2.
transportasi menyumbang 24%;
3.
industri menyumbang sebesar 20%;
4.
kependudukan serta penggunaan barang-barang komersial
menyumbang 14% bagi emisi global.
Kerusakan hutan di negara-negara berkembang, khususnya Indonesia dipaksa
ikut mempertanggungjawabkan meningkatnya pemanasan global. Meskipun negara-negara
maju di Eropa dan Amerika Serikat sebagai pengemisi karbon terbesar di dunia
justru telah lama kehilangan hutannya, mata dunia hanya tertuju kepada hutan
negara berkembang yang dijadikan tumpuan menyerap karbon buangan negara maju.
Meningkatnya pemanasan global ini merupakan masalah bagi seluruh negara
dan sudah sewajibnya setiap negara harus mengambil bagian dalam upaya penekanan
pemanasan global ini. Oleh karena itu, sangat diharapkan agar keputusan yang
diambil dalam konferensi yang diadakan bulan Desember adil bagi setiap negara,
jangan ada negara yang merasa dirugikan dan ada yang diuntungkan.
Sebagai warga Negara Indonesia, berpendapat bahwa keputusan-keputusan
yang seharusnya ditetapkan dalam konferensi tersebut antara lain :
1.
Menjaga kelestarian pohon dan hutan
Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbondioksida di udara adalah
dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon,
terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbondioksida yang
sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam
kayunya (Dinkes Kutai Kertanegara, 2009).
Pemeliharaan kelestarian hutan bukan hanya dilakukan oleh negara-negara
berkembang yang masih mempunyai hutan saja, melainkan negara-negara maju yang
dalam hal ini merupakan penyumbang emisi karbon terbesar harus turut mengambil
bagian walaupun hutan mereka sudah sedikit atau bahkan habis. Negara-negara
maju dapat mengambil bagian dengan cara bersama-sama negara berkembang
mengumpul dana bagi pemeliharaan, turut serta melakukan riset untuk mempercepat
proses reboisasi, dan mengirim tenaga-tenaga ahli untuk terjun langsung ke
daerah yang hutannya mengalami kerusakan.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan penanaman
sebanyak mungkin pohon, selama ini program penghijauan telah banyak
dilakukan namun belum menampakkan keberhasilan. Hal itu disebabkan program
penghijauan yang dilakukan selama ini masih mengalami banyak kekurangan.
Kekurangan yang teridentifikasi adalah: Pertama: pemilihan waktu yang
tidak tepat. Biasanya penghijauan dilakukan pada bulan Pebruari setelah
bencana banjir dan tanah longsor terjadi dimana-mana. Padahal musim hujan
hampir berakhir, dengan demikian setelah hujan berakhir tumbuhan mati kekeringan.
Kedua: pemilihan tumbuhan tidak memperhatikan kondisi iklim (ketinggian dan
suhu) setempat. Hal tersebut dapat dilihat dari jenis tumbuhan sumbangan
masyarakat tanpa sebuah kriteria. Ketiga: kegiatan sangat bersifat ceremonial
dan kolosal namun tidak ada jaminan keberlanjutan, sehingga setelah penanaman
tidak pernah ada monitoring (Prihanta, 2006)
2.
Mensosialisasikan tatacara penggunaan kendaraan
bermotor (khususnya mobil) dengan seksama. Kalau tidak perlu sekali tidak perlu
memakai kendaraan yang membuang banyak buangan energi tersebut. Sekilas solusi
ini berdampak tidak menguntungkan bagi negara-negara maju, khususnya negara
industri kendaraan bermotor (khususnya mobil), namun keputusan ini agaknya
sudah tepat, negara-negara maju justru harus lebih berinovasi untuk membuat
mobil yang ramah lingkungan.
3.
Green Building. Salah satu gagasan yang dianggap dapat
mengurangi pemanasan global dan kerusakan lingkungan adalah green building.
Definisigreen building menurut Zigenfus (2008: 9) mengutip definisi dari
The United States Environmental Protection Agency (USEPA) adalah
pembangunan struktur bangunan dengan menggunakan proses yang bertanggung jawab
terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien di seluruh lifecycle bangunan
mulai dari penentuan desain, konstruksi, pemanfaatan, pemeliharaan, renovasi,
dan dekonstruksi. (Deka et al, 2014)
4.
Mensosialisasikan pada pabrik-pabrik untuk menggunakan
bahan-bahan yang ramah lingkungan dalam menghasilkan barang jadi. Masyarakat
pun diminta untuk memilih dengan seksama barang-barang terutama disarankan
untuk membandingkan dan memilih produk yang paling kecil resikonya terhadap
lingkungan.
5.
Efesiensi Penggunakan Energi Bahan Bakar Fosil
Bahan bakar fosil, merupakan sumber
cemaran CO2 terbesar. walaupun sebagian mampu diikat oleh jasa biologis
pepohonan dalam proses fotosintesis. Namun demikian kandungan lainnya yang
tercampur dengan bahan cemaran tersebut seperti aerosol, kadar debu dan
kandungan kimiannya, cenderung meningkatkan GRK. Melalui kesadaran untuk
efesiensi dalam penggunaan bahan bakar fosil, nampaknya merupakan alternatif
yang dinilai positif. Kesadaran tersebut mulai muncul dengan perancangan
pemanfaatan energi surya sebagai sumber penerangan dan atau kini sedang diuji
pemanfaatanya untuk kepentingan otomotif.
6.
Mengikat dan Mendaur Ulang CO2
Secara umum telah diketahui bahwa
secara alamiah dalam kaitannya dengan CO2 terdapat dua proses yang berlawanan;
yaitu proses fotosintesis dan pernafasan. Dalam proses fotosistensis hanya
dapat dilakukan oleh hijau daun; dimana CO2 diolah menjadi gula dengan bantuan
cahaya matahari sebagai sumber energinya. Sedangkan hasil samping yang
diperoleh adalah O2 (oksigen).
Selanjutnya gula dimanfaatkan untuk
membentuk bagian dari tubuh tumbuhan (batang, akar dan daun), dengan demikian
semakin banyak biomassa hijau, berarti pula semakin banyak CO2 yang diikat
(diserap), demikian halnya dengan oksigen yang diproduksi. Dalam proses pernafasan adalah sebaliknya;
bahwa dalam tubuh memerlukan energi untuk pembakaran. Kedua proses tersebut
berjalan bersamaan, dan secara lamiah bahwa hasil proses fotositesis lebih
besar dibanding dengan proses pernafasan.
Oleh karena itu jumlah CO2 yang
diserap jauh lebih besar, berarti proses fotosintesis membantu dalam mengurangi
jumlah CO2 pada atmosfer. Jika menggunakan bahan bakar kayu untuk
kepentingan rumah tangga dan atau lainnya, maka jumlah CO2 yang dihasilkan
cukup besar. Dengan dalih bahwa kayu yang dimanfaatkan diimbangi dengan laju
pertumbuhan hutan, maka besaran emisi CO2 di udara jumlahnya akan tetap dan
tidak menjadi bertambah.
Sebuah aspek yang cukup menarik adalah
pohon randu (Ceiba petandra), dulu diman-faatkan sebagai pengisi kasur dan
bantal; akan tetapi sekarang justru tersingkir oleh karet busa. Karet busa
diproduksi dengan menggunakan CFC di pabrik, dan merupakan sumber ozon di
stratosfer. Untuk itu mempromosikan kembali untuk menggunakan kasur dan bantal
dengan kapuk merupakan cara yang sehat dan membantu mengurangi ERK.
H.
Beberapa Aspek Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pelestarian Hutan
Masyarakat baik di pedesaan dan atau diperkotaan dan peralihannya, pada
hakekatnya cenderung mendambakan atas kenyamanan lingkungan hidupnya. Oleh
sebab itu masyarakat juga berkepentingan terhadap sumber-sumber kenyamanannya
yang berarti pula masyarakat tergolong salah satu stake holder. yang harus bersama-sama dengan
pihak yang berkepentingan untuk ikut serta bertanggung-jawab terhadap
upaya-upaya pengen- dalian pemanasan global.
Di lingkungan perkotaan, kenyamanan nampaknya kini menjadi persyaratan
mutlak yang harus dipenuhi, terlebih lagi di kawasan-kawasan permukiman, dimana
keteduan, keredupan dan kesan pandang menjadi indaman bagi para huniannya.
Secara alami makana kenyamanan lingkungan hidup diilustrasikan sebagai berikut:
Dengan mencermati rumus fotosistesis yang sederhana di atas, nampaknya
jelas bahwa kenyamanan lingkungan permukiman sangat dipengaruhi oleh kemampuan
kawasan hijau untuk mengikat dan atau mendaur ulang jumlah polutan yang
didominan oleh C02 .Dalam kaitannya dengan pelestarian hutan dan atau kawasan
hijau di wilayah perkotaan, yang dinilai mampu sebagai pengendali dan pencegah
terhadap pemanasan global, tampaknya partisipatif masyarakat perlu digalang dan
dipacu untuk ikut serta dalam pelestariannya dalam pada itu aspek-aspek yang
perlu diperhatikan dalam pemberdayaan masyarakat meliputi hal-hal sebagai
berikut:
1.
Aspek kesadaran pentingnya hutan (kawasan hijau)
sebagai salah satu penyangga kenyamanan lingkungan hidup;
2.
Aspek peningkatan pengetahuan masyarakat dalam
kaitannya dengan multiguna peranan
fungsi hutan (kawasan hijau);
3.
Aspek ekonomi, memberikan informasi dan peluang untuk
bekerja dan berusaha pada sektor perhutanan;
4.
Aspek sosial, dimana hutan merupakan bagian hidup bagi
masyarakat, karena produk oksigen dari pepohonan hutan merupakan kebutuhan
esensial bagi setiap insan kehidupan;
5.
Aspek pengaman, dimana hutan (kawasan hijau) merupakan
kawasan penyangga baik terhadap kesuburan tanah, air dan kehidupan satwa liar.
I.
Fakta Dan Realitas Pemanasan Global
a.
Mengapa Pemanasan Global Terjadi ?
Pemanasan global merupakan meningkatnya temperatur di
planet bumi secara global yang menimbulkan dampak secara langsung maupun tidak
langsung terhadap masa depan bumi termasuk manusia dan makhluk hidup lain.
Peningkatan temperatur bumi tersebut meliputi temperatur atmosfir, laut dan
daratan bumi. Hampir semua para ahli yang memiliki kepedulian dan perhatian
terhadap fenomena peningkatan temperatur bumi mensinyalir atau menuding bahwa
penyebab kenaikan temperatrur bumi tersebut adalah aktivitas-aktivitas manusia
yang mendorong timbulnya gas efek rumah kaca.
Berbagai aktivitas manusia yang memicu peningkatan gas
efek rumah kaca antara lain kegiatan industri, pembabatan dan kebakaran hutan
secara terus-menerus, pembakaran pada kendaraan bermotor, kegiatan peternakan
dan lain-lain. Pemicu atau penyumbang gas efek rumah tangga yang dianggap
paling dominan adalah kegiatan industri, pembakaran pada kendaraan bermotor,
dan perambahan dan kebakaran hutan secara terus-menerus. Sumber dari segala
sumber energi yang terdapat di bumi berasal dari matahari.
Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi
gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan
bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan bumi. Permukaan
bumi akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian
dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar.
Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer
bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon
dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini
menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan bumi dan
akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan bumi. Keadaan ini terjadi
terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus
meningkat.
Akibat yang ditimbulkan oleh pemanasan global sudah
terasa di berbagai negara. Adapun akibat
yang ditimbulkan dari efek rumah kaca itu selain pemanasan global,
antara lain : iklim mulai tidak stabil sehingga sering terjadi ketidakteraturan
cuaca dan sering terjadi badai-badai yang besar. Selain itu bencana-bencana
kekeringan sering terjadi di berbagai belahan bumi (Anonim, 2009), beberapa
efek lainnya sebagai berikut:
1)
Iklim mulai tidak stabil sehingga sering terjadi
ketidakteraturan cuaca dan sering terjadi badai-badai yang besar. Selain itu
bencana-bencana kekeringan sering terjadi di daerah belahan bumi lainnya.
2)
Perubahan ekologi. Tumbuhan dan hewan secara langsung
akan terpengaruh perubahan iklim, akibatnya tumbuhan dan hewan akan punah
karena tidak bisa beradaptasi. Di satu sisi populasi hewan dan tumbuhan akan
bertambah banyak, misalnya nyamuk akan cepat berkembang bahkan sampai ke daerah
pegunungan jika suhu pegunungan menjadi hangat.
3)
Dengan perubahan cuaca akan berakibat secara tidak
langsung muncul wabah penyakit, gagal panen, bencana alam dan sebagainya.
Data satelit mengindikasikan bahwa es laut Arktik,
gletser, salju musim dingin, dan es Greenland hanya melontarkan sedikit energi
kembali ke luar angkasa sejak 1979 hingga 2008. Itu terlihat dari semakin
sedikitnya bayangan cahaya putih di atas tanah atau air, yang jauh lebih gelap
dan menyerap lebih banyak panas. Studi memperkirakan bahwa es dan salju di
belahan bumi utara kini merefleksikan energi surya sekitar 3,3 watt per meter
persegi ke lapisan atmosfer atas, menurun 0,45 watt per meter persegi sejak
akhir 1970-an. "Efek pendinginan tereduksi, dan ini meningkatkan jumlah
energi surya yang diserap bumi," kata Mark Flanner, staf pengajar di University
of Michigan dan peneliti utama studi. "
Temuan Flanner dan tim ilmuwan Amerika telah
dipublikasikan dalam jurnal Nature Geoscience. "Kesimpulannya adalah bahwa
cryosfer, area es dan salju, sangat sensitif dan juga mendorong perubahan iklim
yang jauh lebih kuat daripada dugaan semula". Semakin banyak lahan dan air
yang terekspos pada sinar matahari, semakin banyak panas yang terserap dan
akhirnya mempercepat melelehnya salju serta es di sekitarnya. Es laut Arktik,
misalnya, menyusut tajam dalam beberapa dasawarsa terakhir sesuai dengan
kecenderungan yang menurut tim panel Perserikatan Bangsa-Bangsa disebabkan oleh
gas rumah kaca dari pembakaran bahan bakar fosil.
b.
Kepedulian Masyarakat Internasional terhadap
Lingkungan Hidup Khususnya Pemanasan Global
Berbagai upaya pengendalian pencemaran lingkungan hidup
dilakukan dengan memperkuat sanksi dan memperluas jangkauan peraturan-peraturan
tentang pencemaran lingkungan hidup. Lahirnya Keppres Nomor 77 Tahun 1994
tentang Organisasi Bapedal sebagai acuan bagi pembentukan Bapedalda di daerah.
Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1982, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1994 dan
Keppres Nomor 7 tahun 1994 yang berhubungan dengan pengelolaan lingkungan
hidup.
Fenomena pemanasan global sebagaimana yang telah diuraikan
di atas, telah dirasakan oleh manusia di dunia. Berbagai kalangan internasional
baik para individu, kelompok sosial masyarakat (LSM), badan-badan pemerintah,
badan-badan non pemerintah maupun lembaga internasional mengkhawatirkan bahwa
fenomena pemanasan global ini jika dibiarkan akan berdampak luas dan akan
mengancam kelangsungan kehidupan di dunia. Sebagaimana yang sering kita dengar
bahwa negara-negara di dunia secara bersama-sama menunjukkan perhatian terhadap
fenomena pemanasan global yang sedang terjadi.
Pada bulan Desember 2009 telah dilaksanakan pertemuan
PBB terkait dengan kesepakatan Copenhagen, yang agenda utamanya membahas
mengenai isu lingkungan dan kelanjutan akhir dari periode kesepakatan Kyoto
yang akan berakhir tahun 2012. Salah satu kesepakatan Kyoto adalah mendesak 37
negara industri maju untuk menurunkan emisi gas rumah kaca rata-rata 5 persen
dibandingkan emisi tahun 1990 selama lima tahun dari 2008-2012. Merujuk pada
perjanjian bahwa setiap negara maju harus memenuhi target penurunan emisi gas
rumah kaca terutama di masing-masing Negara.
Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia
telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada
pengurangan emisi gas-gas rumah kaca. Pada Konferensi Perubahan Iklim atau
UNFCCC di Nusa Dua Bali pada tahun 2007, Delegasi Indonesia meluncurkan program
Reducing Emissions from Deforestation in Developing Countries (REDD) sebagai
salah satu upaya menanggulangi pemanasan global. Indonesia melalui Menteri
Kehutanan dan Menteri Negara Lingkungan Hidup akhirnya meluncurkan REDD.
Usulan REDD ini akan dibawa dalam perundingan tingkat
tinggi Konferensi Perubahan. Iklim yang akan dihadiri sejumlah kepala negara
tanggal 12 - 14 Desember 2007. Menurut Menteri Kehutanan MS Ka'ban, REDD akan
menguntungkan negara yang masih memiliki hutan termasuk Indonesia. Namun usulan
Indonesia tersebut ditentang oleh sejumlah LSM, karena dinilai bukan solusi
yang tepat bagi perbaikan hutan di Indonesia. Para aktivis lingkungan kemudian
menggelar aksi unjuk rasa.
Sementara aktivis Lingkungan Internasional lainnya juga
menggelar aksi unjuk rasa di depan ruang konferensi UNFCCC. Mereka mendesak
para delegasi agar segera menghasilkan draf usulan yang lebih nyata dalam upaya
mencegah dan menanggulangi perubahan iklim akibat pemanasan global (Masudin dan
Sup, tt.). Sebagai negara yang telah
meratifikasi UNFCCC melalui Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan
United Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja
Perseikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perubahan Ikim), Indonesia telah menjadi
salah satu negara yang mempunyai kepedulian tinggi terhadap lingkungan hidup
dan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
Anonim (tt.) Konferensi PBB tentang lingkungan Hidup di
Stockholm pada tahun 1972, telah menetapkan tanggal 5 Juni setiap tahunnya
untuk diperingati sebagai Hari lingkungan Hidup Sedunia. Kesepakatan ini
berlangsung didorong oleh kerisauan akibat tingkat kerusakan lingkungan yang
sudah sangat memprihatinkan. Di Indonesia perhatian tentang lingkungan hidup
telah dilakukan sejak tahun 1960-an.
Tonggak pertama sejarah tentang permasalahan lingkungan
hidup dipancangkan melalui seminar tentang Pengelolaan lingkungan Hidup dan
Pembangunan Nasional yang diselenggarakan di Universitas Padjajaran pada
tanggal 15 - 18 Mei 1972. Hasil yang dapat diperoleh dari pertemuan itu yaitu
terkonsepnya pengertian umum permasalahan lingkungan hidup di Indonesia. Dalam
hal ini, perhatian terhadap perubahan iklim, kejadian geologi yang bersifat mengancam
kepunahan makhluk hidup dapat digunakan sebagai petunjuk munculnya permasalahan
lingkungan hidup.
J.
Hubungan Lingkungan dan Bisnis
Beberapa upaya untuk mencegah
pemanasan global (global warming) sedang dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli
dengan keadaaan lingkungan dan nasib manusia generasi mendatang. Adanya
perkembangan industri yang menjadi salah satu penyebab terjadinya pemanasan
global (global warming) membuat kelompok yang peduli lingkungan, mulai dari
peneliti, edukator, aktivis lingkungan hidup, serta pihak lain berusaha
meyakinkan para pemilik atau manajer perusahaan melalui fakta-fakta hasil
observasi untuk mempertimbangkan lingkungan sebagai salah satu aspek
pertanggungjawaban perusahaan terhadap kelangsungan planet bumi ini.
Walaupun pada kenyataannya para
manajer bisnis lebih mempertimbangkan profit yang harus diperoleh sebagai
pertanggungjawaban kepada pemegang saham sebagai prioritas utama dibandingkan
mereka mempertimbangkan perlindungan lingkungan. Menurut Brooks (2004) dalam Martusa (2009)
aliran profit-only menyatakan bisnis ada hanya untuk menghasilkan profit dan
bertanggung jawab kepada pemegang saham (shareholder). Sebaliknya, aliran
mandate for bussiness menyatakan bahwa bisnis dan masyarakat ada suatu saling
ketergantungan dalam mencapai tujuannya. Jadi bisnis seharusnya bukan hanya
fokus pada pemegang saham (shareholder) saja, tetapi juga kepada pihak-pihak lain
yang terkait (stakeholder).
Menurut Yakhou dan Dorweiler (2004)
ada beberapa poin yang dapat menunjukkan bahwa kebijakan bisnis dan lingkungan
harus terintegrasi, yaitu:
1.
Bisnis mempunyai misi yang dirumuskan oleh dewan
komisaris mempunyai tujuan utama mengembangkan perusahaannya dan
mensejahterakan pemegang sahamnya. Agar perkembangan perusahaan dan
kesejahteraan pemegang saham dapat bertahan dalam jangka panjang, maka para
pembuat kebijakan di perusahaan harus memperhatikan lingkungan sebagai tempat
berdomisili, bahkan seluruh dunia. Jika
perusahaan mengabaikan lingkungan, maka sebagai akibatnya perusahaan akan
menerima akibat buruk dari lingkungan sekitarnya;
2.
Bisnis mempunyai tujuan mengembangkan perusahaannya
melalui pengelolaan sumber-sumber dayanya. Pengelolaan sumber daya pada
perusahaan tersebut harus mempertimbangkan lingkungan sebagai faktor yang
menentukan dalam jangka waktu yang panjang;
3.
3. Bisnis mempunyai strategi pengelolaan sumber daya
secara cost efectiveness. Strategi ini akan dapat dicapai jika lingkungan
dipertimbangkan dalam perumusan strategi tersebut;
4.
Bisnis dalam keberlangsungan proses produksinya
membutuhkan sumber-sumber daya. Sumber- sumber daya tersebut akan dapat
diperoleh secara terus menerus, apabila perusahaan memperhatikan penggunaan
sumber daya yang berasal dari lingkungan/alam;
5.
Bisnis mempunyai taktik untuk memaksimumkan
produktivitasnya. Kelancaran produktivitas perusahaan dan kelangsungannya dalam
jangka panjang sangat bergantung pada lingkungan sekitarnya. 6. Bisnis butuh
pengendalian dan pengawasan yang tertuang dalam pelaporan keuangan (financial
reporting). Salah satu unsur dalam pelaporan keuangan saat ini di beberapa
negara adalah laporan tentang lingkungan.
Menurut Porter dan Kramer (2006) saat ini
pertanggungjawaban lingkungan (Corporate Social Responsibility) merupakan salah
satu strategi dari perusahaan. Pada era
masyarakat yang mulai peduli lingkungan, Corporate Social Responsibility (CSR)
merupakan komponen wajib dan bukan lagi pilihan bagi perusahaan. Beberapa
perusahaan seperti Ben & Jerry’s, Newman’s Own, Patagonia, dan Body Shop
telah mengelompokkan diri dengan membuat komitmen jangka panjang terhadap CSR.
Pada contoh beberapa perusahaan ini menunjukkan bahwa bisnis dan masyarakat
mempunyai hubungan saling ketergantungan. Bisnis memerlukan masyarakat sebagai
pembeli dan pemberi dana dan masyarakat juga perlu bisnis untuk produk-produk
yang dihasilkannya. Hubungan bisnis dan masyarakat dapat dimasukkan sebagai
unsur-unsur dalam strategi perusahaan untuk berkompetisi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Global Warming/Pemanasan global telah menjadi permasalahan yang menjadi
sorotan utama umat manusia. Fenomena ini bukan lain diakibatkan oleh perbuatan
manusia sendiri dan dampaknya diderita oleh manusia itu juga. Untuk mengatasi
pemanasan global diperlukan usaha yang sangat keras karena hampir mustahil
untuk diselesaikan saat ini. Pemanasan global memang sulit diatasi, namun kita bisa
mengurangi efeknya.
Penanggulangan hal ini adalah kesadaran kita terhadap kehidupan bumi di
masa depan. Apabila kita telah menanamkan kecintaan terhadap bumi ini maka
pmanasan global hanyalah sejarah kelam yang pernah menimpa bumi ini. Dampak
pemanasan global akibat efek rumah kaca, nampaknya kini menjadi tanggung- jawab
bersama mengingat bahwa ancaman-ancamanya mulai dapat dirasakan.
Upaya pengendalian terhadap pemanasan global dinilai belum terlambat;
serta keyakinan para pakar lingkungan bahwa pepohonan baik dalam bentuk hutan,
budidaya pertanian dan atau lainnya mampu untuk mengegah dan mengendalikannya.
Untuk itu menggalakan partisipasi masyarakat untuk ikut berkiprah merupakan
pendekatan yang dinilai cukup strategis.
Penyuluhan atas peranan fungsi jasa biologis, ekologis dan hidrologis kawasan
hijau, nampaknya perlu diperdayakan kepada masyarakat secara luas; mengingat
bahwa pepo- honan merupakan bagian dari kehidupan setiap insan.
B.
Saran
Kita hidup di Bumi bersama seluruh mahluk hidup yang tak terhitung
banyaknya. Mari kita menjaga tempat tinggal kita ini dengan menjaga
kelestariannya. Menanam pohon, hemat air, hemat tenaga yang mengandung gas
adalah sedikit upaya untuk terus menjaga kelestarian bumi kita dan melindungi
lapisan Ozon yang mulai merusak. Ayo kurangi efek Global Warming!
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Perubahan Iklim Global Jangka Pendek. Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro : Semarang.
2.
Bahri, Sjamsul dan T. Syafriati. 2011. Mewaspadai
Munculnya Beberapa Penyakit Hewan Menular Stategis di Indonesia. Vol.
21:1.
3.
Deka et al. 2014. Studi Implementasi Green
Building di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Universitas Sebelas Maret
: Surakarta.
4.
Ardhyarini, Nila. 2009. Pola Migrasi Masyarakat
Kota Semarang sebagai Akibat
5.
Dinkes Kutai Kertanegara, 2009. Global
6.
Kusmiyati, et al. 2005. Leptospirosis pada
Hewan dan Manusia di Indonesia. Wartazoa 15(4): 213 – 220.
7.
Prihanti, Wahyu. 2006. “Rehabilitasi Lingkungan
Integratif dan Kontinyu”. Makalah Seminar Regional, Pusal Studi Lingkungan
dan Kependudukan Universitas Muhammadiyah : Malang, Mei 2007.
8.
Prihanta Wahyu. 2011. Adaptasi dan Mitigasi Global
Warming Sebagai Upaya Menyelamatkan Kehidupan di Bumi. Vol. 14:1.
Universitas Muhammadiyah : Malang.
9.
Kay, B.H. and J.G. Aaskov. 1989. Ross River virus
(epidemic polyarthritis). In: The Arboviruses: Epidemiology and
Ecology, Vol. 4. MONATH, T.P. (Ed.). Boca Raton: CRC Press. pp. 93 – 112.
10.
McMichael, A.J. and R.E. Woodruff. 2008. Climate change
and infectious diseases. In the social ecology of infectious diseases 1st
Edition. MEYER, K.H. and H.F. PIZER (Eds.). 2008. London. Academic Press
Elsevier pp. 378 – 407.
11.
Waryono., Tarsoen,. 1990. Konsepsi Pembangunan Hutan
Kota Berwawasan Lingkungan. Jurusan Geografi FMIPA Universitas Indonesia.
12.
Hanapiah Muhi, Dr.Ir.H. Ali. 2011. Praktek Lingkungan
Hidup. MP Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Jatinangor, Jawa Barat.
13.
Gore, Al., 2007. Suatu Kebenaran yang Tidak
Menyenangkan, Pemanasan Global (Global Warming).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar