Jumat, 19 Agustus 2016

MAKALAH ”STRATEGI MENGATASI PEMANASAN GLOBAL (GLOBAL WARMING)”



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir, isu pemanasan global semakin sering dibicarakan. Makalah ini akan membahas gambaran umum pemanasan global, aktivitas manusia dan peranannya dalam pemanasan global beserta akibat dari pemanasan global itu sendiri.
Pemanasan global telah menyebabkan perubahan iklim yang signifikan, seperti yang terjadi di negara kita, efek dari pemanasan ini telah menyebabkan perubahan iklim yang ekstrim seperti halnya di daerah Semarang tepatnya di Gunung Pati suhu udara semakin tinggi. Di beberapa daerah sering terjadi hujan lebat yang mengakibatkan banjir  dan longsor, bahkan kekeringan yang mengancam jiwa manusia.
Seperti yang telah kita ketahui segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini mengenai permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun, sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini.
Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata bumi terus meningkat.
B.       Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah ialah sebagai berikut :
1.         Apa saja Faktor penyebab masalah global warming ?
2.         Bagimana mekanisme perubahan lingkungan pada global warming?
3.         Apa saja dampak pada kesehatan ?
4.         Apa saja konsep cara pencegahan global warming ?
5.         Bagaimana penanggulangan masalah global warming ?
C.      Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk :
1.         Untuk mengetahui faktor penyebab masalah global warming
2.         Untuk mengetahui mekanisme perubahan lingkungan pada global warming
3.         Untuk mengetahui dampak pada kesehatan
4.         Untuk mengetahui konsep cara pencegahan global warming
5.         Untuk mengetahui penanggulangan masalah global warming

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Pemanasan Global
Pemanasan global (Global Warming) pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi. Berbagai literatur menunjukkan kenaikan temperatur global – termasuk Indonesia – yang terjadi pada kisaran 1,5 – 40 oC pada akhir abad 21.
Pemanasan global menimbulkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan bio- geofisik (seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut, perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit, dan sebagainya).
Sedangkan dampak bagi aktivitas sosial- ekonomi masyarakat meliputi : (a) gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan kota pantai, (b) gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti jaringan jalan, pelabuhan dan bandara (c) gangguan terhadap permukiman penduduk, (d) pengurangan produktivitas lahan pertanian, (e) peningkatan resiko kanker dan wabah penyakit, dan sebagainya (Anonim, 2007).
Pemanasan global (Global Warming)  adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi. Temperatur rata-rata global pada permukaan bumi telah meningkat 0.18 °C selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)  menyimpulkan bahwa, “sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata global sejak pertengahan abad ke- 20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca.
Peningkatan temperatur global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya muka air laut, meningkatnya intensitas kejadian cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser dan punahnya berbagai jenis hewan (Smart Click, 2011).
Jadi, pemanasan global adalah merupakan meningkatnya temperatur di planet bumi secara global, meliputi peningkatan temperatur atmosfir, temperatur laut dan temperatur daratan bumi yang menimbulkan dampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap masa depan bumi termasuk manusia dan makhluk hidup lain. Dampak yang ditimbulkan cenderung mengancam eksistensi bumi, dan kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. 
Banyak orang termasuk para ahli yang mensinyalir atau menuding bahwa penyebab kenaikan temperatrur bumi adalah aktivitas-aktivitas manusia yang memicu dan mendorong timbulnya gas efek rumah kaca. Berbagai aktivitas manusia yang memicu peningkatan gas efek rumah kaca antara lain kegiatan industri, pembabatan hutan secara terus-menerus, kendaraan bermotor, kegiatan peternakan dan rumah tangga. Pemicu atau penyumbang gas efek rumah tangga yang dominan adalah kegiatan industri (dan pabrik-pabrik), kendaraan bermotor, dan perambahan hutan yang berlangsung secara terus-menerus. 
B.     Faktor penyebab masalah global warming
Berikut adalah factor-faktor yang menyebabkan terjadinya pemanasan global atau yang lebih dikenal global warming.
1.         Efek Rumah kaca
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar.
Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.
2.         Efek umpan balik
Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan.
Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat).
Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat. Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat.
Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
3.         Bocornya lapisan ozon
Sebelum energi matahari mencapai bumi,energi tersebut akan difilter terlebih dahulu oleh lapisan ozon yang ada di atmosfer.Tetapi hasil penelitian menunjukkan telah terjadinya penipisan lapisan ozon.Sudah bisa ditebak apa akibat yang terjadi jika lapisan ozon ini rusak,atau bahkan bolong.
Salah satu penyebab penipisan ozon ini adalah meningkatnya pemakaian Chloro Flouro Carbon (CFC).CFC dipakai dalam kehidupan sehari-hari pada lemari es,air conditioner,bahan pendorong pada penyembur,pembuat buih,dan sebagai bahan pelarut.
4.         Pelepasan Gas Metan / CH4
Hasil penelitian yang dilakukan baru baru ini di daerah Siberia , Arktik menunjukan berjuta-juta ton gas rumah kaca metan dilepaskan. Daratan beku itu mulai mencair dan karbon yang terkurung di dalamnya mulai bocor keluar dalam bentuk karbon dioksida dan metana, gas rumah kaca yang mudah terbakar dan 72 kali lebih kuat daripada CO2.
Adapun konsentrasi gas metan di beberapa tempat mencapai hingga 100 kali diatas normal. Pelepasan gas metan setelahnya mencapai 0.5 megaton per tahun. Kemungkinan kenaikan gas metan di planet di pengaruhi oleh oleh dua faktor yakni pelepasan gas metan dari dasar laut dan terlepasnya gas metan dari tanah beku yang mencair.
5.         Variasi Matahari
Variasi matahri adalah pengaruh penyinaran matahari pada suatu tempat berbeda dengan tempat yang lain.Ada beberapa penelitian menunjukkan bahwa kontribusi matahri dalam pemanasan global mungkin telah diabaikan.Dua ilmuwan dari Duke University mengemukakan bahwa matahari telah berkontribusi sekitar 45-50% terhadap rata rata suhu bumi dalam rentang periode tahun 1900 – 2000 , dan 25 – 35% rentang tahun 1980 – 2000.
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini
6.         Penebangan Hutan
Dengan adanya pembabatan hutan di dunia yang tiap tahun mencapai 30 juta hektar, jelas turut meperparah keadaan .Hutan yang selama ini menjadi pelindung bagi berbagai jenis satwa dari ancaman pemanasan global seharusnya dapat membantu mengurangi pemanasan global .Tapi , dalam kenyataan di lapangan masalah tersebut sangat akut.Yakni hutan amazon, yang hamper 70% wilayahnya habis dibabati oleh manusia dalam rangka produksi hasil daging.
Sedangkan di Indonesia itu sendiri, masalah pembabatan hutan tersebut disebabkan karena pembukaan lahan baru yang bertujuan membuka perkebunan, keinginan memperoleh penghasilan dari penjualan kayu atau hasil hutan yang jika dilakukan secara legal memerlukan baiya yang sangat tinggi.Hal tersebut dipengaruhi karena tingkat kesadaran masyarakat terhadap lingkungan yang masih sangat rendah.
7.         Gas Metana dari peternakan
Dari hasil penelitian di sebutkan bahwa total emisi gas rumah kaca negara Argentina 30% nya berasal dari hewan . Para peneliti menemukan bahwa sumber gas metan terbesar berasal dari sapi dan domba yang sengaja diternakan untuk diambil wol. Pada suatu perhitungan ditemukan bahwa metan memiliki kekuatan 72 kali lebih besar daripada CO2 selama lebih dari 20 tahun. Kenyatan ini sangat mengejutkan, karena pada dasarnya, jumlah ini melebihi dari pembangkit listrik tenaga batu bara. Terlebih lagi sapi sapi tersebut melepaskan 800 hingga 1000 liter gas setiap hari.
8.         Gas metana dari pertanian
Gas metana menempati urutan kedua setelah karbondioksida yang menjadi penyebab terdinya efek rumah kaca. Gas metana dapat bersal dari bahan organik yang dipecah oleh bakteri dalam kondisi kekurangan oksigen, misalnya dipersawahan.
9.         Alih Fungsi Lahan dan Pembabatan Hutan
Sumber lain CO2 berasal dari alih fungsi lahan di mana ia bertanggung jawab sebesar 17.4%. Pohon dan tanaman menyerap karbon selagi mereka hidup. Ketika pohon atau tanaman membusuk atau dibakar, sebagian besar karbon yang mereka simpan dilepaskan kembali ke atmosfer. Pembabatan hutan juga melepaskan karbon yang tersimpan di dalam tanah. Bila hutan itu tidak segera direboisasi, tanah itu kemudian akan menyerap jauh lebih sedikit CO2.
10.     Transportasi
Sumbangan seluruh sektor transportasi terhadap emisi gas rumah kaca mencapai 13,1%. Sektor transportasi dapat dibagi menjadi transportasi darat, laut, udara, dan kereta api. Dari total sumbangan 13,1% itu, sumbangan terbesar berasal dari transportasi darat (79,5%), disusul kemudian oleh transportasi udara (13%), transportasi laut (7%), dan terakhir kereta api (0,5%).
11.     Kerusakan hutan
Keberadaan hutan sebagai paru-paru dunia memiliki peran yang sangat penting dalam mencegah pemanasan global. Hutan yang lebat dan subur bisa mengubah karbondoksida menjadi O2 yang merupakan bagian penting dari hidupnya suatu mahluk. Jadi tumbuhan memang sangat diperlukan. Tetapi dalam kondisi sekarang ini, sebagian besar hutan di dunia telah rusak dan telah digantikan oleh kota-kota dengan gedung yang megah.
12.     Polusi Karbondioksida dari pembangkit listrik bahan bakar fosil
Ketergantungan kita yang semakin meningkat pada listrik dari pembangkit listrik bahan bakar fosil membuat semakin meningkatnya pelepasan gas karbondioksida sisa pembakaran ke atmosfer. Sekitar 40% dari polusi karbondioksida dunia, berasal dari produksi listrik Amerika Serikat. Kebutuhan ini akan terus meningkat setiap harinya. Sepertinya, usaha penggunaan energi alternatif selain fosil harus segera dilaksanakan. Tetapi, masih banyak dari kita yang enggan untuk  melakukan ini.
13.     Polusi Karbondioksida dari pembakaran bensin untuk transportasi
Sumber polusi karbondioksida lainnya berasal dari mesin kendaraan bermotor. Apalagi, keadaan semakin diperparah oleh adanya fakta bahwa permintaan kendaraan bermotor setiap tahunnya terus meningkat seiring dengan populasi manusia yang juga tumbuh sangat pesat. Sayangnya, semua peningkataan ini tidak diimbangi dengan usaha untuk mengurangi dampak.
14.     Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan
Pada kurun waktu paruh terakhir abad ke-20, penggunaan pupuk kimia dunia untuk pertanian meningkat pesat. Kebanyakan pupuk kimia ini berbahan nitrogenoksida yang 300 kali lebih kuat dari karbondioksida sebagai perangkap panas, sehingga ikut memanaskan bumi. Akibat lainnya adalah pupuk kimia yang meresap masuk ke dalam tanah dapat mencemari sumber-sumber air minum kita.
C.      Mekanisme Perubahan Lingkungan
Proses ini diawali dari cahaya tapak dari matahari sebagian dikembalikan keangkasa dan sebagian lagi diserap oleh bumi (yang mana pantulan tersebut dikembalikan lagi dalam wujud radiasi inframerah).
Radiasi matahari tadi melalui bumi melalui atmosfer,karena semakin banyak radiasi matahari tadi di lapisan atmosfer bumi, sehingga menyebabkan lubang ozon. Kebanyakan dari radiasi matahari diserap oleh permukaan bumi dan memanaskannya.
Radiasi inframerah dipancarkan oleh permukaan bumi,Radiasi inframerah yang dipancarkan kembali oleh bumi diserap oleh CO2 di atmosfer yang kemudian sebagian dipancarkan ke angkasa (a) sebagian lagi dikembalikan ke atmosfer bumi dan (b) CO2 yang kembali ke atmosfer bumi itulah yang disebut dengan pemanasan global (global warming).
D.      Dampak kesehatan akibat global warming
Pemanasan global selain berakibat buruk bagi kehidupan dan keseimbangan ekosistem, juga berdampak serius bagi kesehatan umat manusia. Beberapadampak serius pemanasan global bagi kesehatan manusia, misalnya adalah :
1.         Penyakit infeksi
Perubahan iklim berdampak pada munculnya beberapa jenis penyakit infeksi baru seperti ebola, flu burung, dan beberapa penyakit hewan yang dapat menular kepada manusia. Penyakit yang paling rentan terjadi di Indonesia adalah penyakit degeneratif dan penyakit menular. Hal ini dapat dengan cepat berkembang pada masyarakat yang kondisi gizi kurang baik dan kondisi kesehatan lingkungan yang kurang memadai. (Dr. Wan Alkadri, Msc.)
2.         Penyakit saluran pernapasan
World Health Organization menyebutkan akibat lain pemanasan global adalah penyakit saluran pernapasan. Bettina Menne, anggota WHO divisi Eropa mengatakan, “Gelombang panas menyebabkan jumlah materi dan debu di udara meningkat,” Suhu udara yang semakin hangat juga membawa penyakit alergi. Selain itu, banyaknya jumlah kebakaran hutan baik disengaja ataupun karena panasnya cuaca memperburuk ancaman penyakit saluran pernapasan ini.
3.         Penyebaran penyakit DBD dan malaria
Pemanasan global berdampak pada semakin singkatnya siklus perkawinan dan pertumbuhan nyamuk dari telur menjadi larva dan nyamuk dewasa. Akibatnya, jumlah populasi nyamuk berkembang sangat cepat. Ini terutama terjadi di kawasan Afrika dan Asia. Dua penyakit serius akibat gigitan nyamuk adalah penyakit malaria dan demam berdarah dengue (DBD). Kedua penyakit ini sangat sensitif terhadap perubahan iklim. Kita sudah merasakannya langsung ganasnya kedua penyakit tersebut, yakni tingginya angka korban penderita demam berdarah dan malaria dibeberapa daerah.
Beberapa penyakit yang diperantarai oleh nyamuk sebagai vektor biasanya peka terhadap perubahan cuaca (EPSTEIN, 2001; ZELL et al., 2008). Perubahan iklim yang terkait dengan faktor cuaca, curah hujan, suhu dan kelembaban dapatmempengaruhi dinamika biologi dan populasi dari vektor berupa nyamuk yang sebagian siklus hidupnya berhabitat di dalam air.
Suhu yang sangat ekstrim akanmengurangi populasi nyamuk, misalnya larva Culex annulirostris akan mati pada suhu di bawah 10 oC dan di atas 40 oC (MCMICHAEL dan WOODRUFF, 2008).Tetapi pada suhu yang meningkat sampai batas tertentu dapat mengurangi waktu yang diperlukan untuk pengembangan larva, sehingga akan lebih banyakgenerasi nyamuk yang dihasilkan pada satuan waktu yang sama.
Dalam hal iniCulex annulirostris umumnya memerlukan waktu 12 – 13 hari dari periode telur sampai dengan dewasa pada suhu 25 oC, tetapi pada suhu 30 oC hanya memerlukan waktu 9 hari dari telur sampai dengan dewasa (KAY dan AASKOV, 1989).
4.         Penyakit akibat penipisan lapisan Ozone
Dampak pemanasan global bagi kesehatan juga terjadi karena pengaruh penipisan ozone seperti meningkatnya intensitas sinar ultra violet. Intensitas sinar UV yang mencapai permukaan bumi menyebabkan gangguan terhadap kesehatan, seperti kanker kulit, katarak, penurunan daya tahan tubuh, pertumbuhan mutasi genetik, dan memperburuk penyakit-penyakit umum asma dan alergi.
5.         Penyakit yang berhubungan dengan panas
Lebih jauh global warming juga bisa berakibat terjangkitnya penyakit yang berkaitan dengan panas (heat stroke), terutama pada lansia dan anak-anak. Suhu yang panas juga bisa menyebabkan kegagalan sektor pertanian, sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi.
Selanjutnya perubahan iklim dan naiknya permukaan air laut dapat menyebabkan berbagai bencana alam seperti banjir, badai topan dan kebakaran. Dan bencana alam hampir selalu disertai dengan migrasi penduduk ke kantong-kantong pengungsian. Di tempat pengungsian ini sering muncul penyakit, seperti : diare, gatal-gatal dan penyakit kulit lain, kurang gizi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, dan lain-lain.
Pengaruh perubahan iklim terhadap kejadian penyakit hewan juga dapat terjadi secara tidak langsung misalnya, terjadinya banjir sehingga agen penyakit terbawa aliran banjir ke lokasi lain atau vektor penyakit yang juga sebagai reservoar menyebar ke berbagai lokasi lain atau pemukiman lain. Hal ini dapat menimbulkan wabah seperti penyakit leptospirosis pada manusia dimana tikus yang bertindak sebagai reservoar, bakteri Leptospira spp. akan tersebar ke pemukiman/daerah lain melalui urin tikus dan dapat menginfeksi manusia atau hewan lain sehingga terjadi wabah penyakit leptospirosis (KUSMIYATI et al., 2005).
Rata-rata kenaikan muka air laut secara global setelah dikurangi penurunan tanah, diperkirakan naik antara 8  13 cm pada tahun 2030, antara 17  29 cm pada tahun 2050, dan antara 35  82 cm pada tahun 2100 (IOM, 2008). Wilayah yang paling rentan terkena dampak tersebut adalah wilayah pesisir karena berbatasan langsung dengan laut serta wilayah dataran rendah yang berada di sekitarnya. Ketika permukaan air laut naik melebihi ketinggian daratan, maka air laut akan menggenangi seluruh daratan tesebut. Kondisi ini akan memperburuk kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat di sekitarnya (Nila, 2009).
E.       Dampak lingkungan akibat global warming
1.         Gletser Menciut
Gletser adalah daratan yang terbuat dari es. Gletser bakal ikut meleleh dan menciut seiring dengan bertambahnya suhu bumi. Suhu bumi meningkat karena tingginya emisi gas rumah kaca di atmosfer. Selama tahun 1990- 2005 saja suhu bumi naik 0,15 – 0,3 derajat celcius. Gletser Himalaya yang memasok air ke sungai Gangga sekaligus menyediakan irigasi dan suplai air minum untuk 500 juta penduduk,menyusut 37 meter pertahun.Gletser.
2.         Pulau Tenggelam
Indonesia , Amerika Serikat, dan Bangladesh adalah beberapa negara yang paling terancam tenggelam. Bahkan beberapa pulau di Indonesia sudah hilang tenggelam. Ini disebabkan mencairnya permukaan gletser di kutub yang membuat volume air laut meningkat drastis. Menyusutnya hutan bakau memperparah pasangnya air laut.
Sekarang saja pasang air laut Pantai Kuta telah membanjiri beberapa lobi hotel disekitarnya. Pulau Jawa juga bernasib sama , sampai saat ini permukaan Teluk Jakarta sudah naik 0,8 cm. Dan kalau suhu bumi terus naik , tahun 2050 derah-daerah Jakarta dan Bekasi seperti Kosambi , Penjaringan , Cilincing , Muaragembong , dan Tarumajaya akan terendam.
3.         Badai
Badai memang bisa terjadi karena kehendak alam. Tapi suhu air yang menghangat akibat global warming mendukung terjadinya badai yang jauh lebih kuat dan besar. Beberapa tahun belakangan ini , negara-negara di Eropa, Amerika, dan Karibia telah mengalami begitu banyak badai dibandingkan abad sebelumnya. Bahkan badai-badai tersebut bukan cuma badai biasa, namun masuk kategori badai mematikan , seperti badai katrina,badai ike, badai nargis, badai rita,dll.
4.         Gelombang Panas
Tahun 2003 lalu, Eropa diserang gelombang panas alias heat wave , yang menewaskan banyak orang. Mengejutkan ! Tapi bencana ini sudah diperkirakan ratusan tahun yang lalu , tepatnya tahun 1900 oleh para ilmuwan di masa itu . Gelombang panas memang pernah terjad beberapa kali di bumi , namun belakangan ini makin sering terjadi. Dan diperkirakan 40 tahun lagi frekwensinya akan meningkat 100 kali lipat.
5.         Kekeringan
Afrika, India, dan daerah-daerah kering lainnya bakal menderita kekeringan lebih parah ! Air akan makin sulit di dapat dan tanah tak bisa ditanami apa-apa lagi, hingga suplai makanan berkurang drastis. Ilmuwan memperkirakan hasil tani negara-negara Afrika akan menurun 50 % di tahun 2020 , dan tingkat kekeringan di dunia meningkat 66 % . Tak terbayang kalau kekeringan ini sampai terjadi di bumi ini.
6.         Mahkluk Hidup Punah
Sebanyak 30 % mahkluk hidup yang ada sekarang bakal musnah tahun 2050 kalau temperatur bumi terus naik. Spesies yang punah ini kebanyakan yang habitatnya di tempat dingin . Hewan-hewan laut diperkirakan banyak yang tak bisa bertahan setelah suhu air laut jadi menghangat. Kalau tumbuhan dan hewan makin berkurang, jelas manusia akhirnya terancam karena kekurangan bahan makanan.
F.   Cara Mengatasi Global Warming
1.         Cara Mengatasi Secara Internasional
a.         Penerapan Protokol Kyoto Protokol Kyoto merupakan kesepakatan utama beberapa negara (lebih dari 160 negara)  sebagai  amandemen  Konvensi  Kerangka Kerja Perubahan Cuaca PBB untuk mengatasi ancaman pemanasan global (global warming). Bagi negara yang belum meratifikasi seperti Australia, Kazakhstan diharapkan segera meratifikasi. Sedangkan bagi yang sudah meratifikasi perlunya penerapan sanksi bagi yang melanggarnya. Pakta ini berakhir 2012, dan pembicaraan internasional dimulai pada Mei 2007 lalu mengenai pakta yang akan datang guna menggantikan yang sekarang masih berlaku. 
b.        Pembentukan Badan atau Lembaga Internasional  Pentingnya peran PBB untuk mempelopori pembentukan Badan atau Lembaga baru guna menangani ancaman maupun korban pemanasan global (global warming).  Sebagaimana Badan atau Lembaga bentukan PBB untuk menangani masalah-masalah sosial seperti untuk pengungsi PBB membentuk UNHCR, masalah pendidikan mempunyai UNESCO, untuk kesehatan ada WHO, dan masih banyak lagi Badan atau Lembaga bentukan PBB. Mengingat kalau hanya berpegang pada suatu pakta atau kerjasama antar negara sifatnya kurang terlalu mengikat.  
c.         Membentuk atau Menyelenggarakan Forum Internasional  Hal tersebut dimaksudkan sebagai wahana atau wadah untuk menyampaikan hasil kajian, temuan hasil penelitian untuk dibahas oleh forum yang dihadiri oleh para ilmuwan, praktisi, maupun pemimpin negara guna mendengarkan hasil temuan melalui penelitian maupun hasil kajian tentang ancaman pemanasan global (global warming) untuk dijadikan dasar mengambil keputusan  sebelum menerapkan suatu kebijakan. Hal ini sudah dipelopori dengan IPPC yaitu Panel Antar Pemerintah mengenai Perubahan Cuaca, yaitu suatu aktivitas yang disponsori oleh PBB untuk menyelenggarakan pertemuan secara periodik diantara delegasi- delegasi internasional guna membahas masalah pemanasan global (global warming) dan isu-isu kertas kerja dan pengukuran dalam hal  status  ilmiah   perubahan  cuaca   saat   ini, dampaknya dan kelonggarannya. Secara konkrit pada tahun 1997, IPPC menyelenggarakan konferensi di Bonn Jerman dan di Bangkok Thailand. Akan lebih baik lagi, jika forum-forum atau panel seperti IPPC juga didirikan agar hasilnya bisa beragam dan saling melengkapi.
d.        Perlunya Gerakan Moral Peduli Lingkungan Secara Internasional Karena pemanasan global (global warming) bukan lagi isu politik melainkan   sudah    merupakan   isu   moral,   maka  perlu  adanya gerakan yang secara konkrit menyuarakan pentingnya gerakan moral untuk memerangi ancaman pemanasan global (global warming) yang amat dahsyat. Hal itu sudah dilakukan oleh aktivis lingkungan Greenpeace. Namun rasanya masih jauh dari harapan. Ataupun hal itu sebagaimana ditunjukkan oleh mantan Wakil Presiden Al Gore yang telah mengkampanyekan isu-isu pemanasan global (global warming)  dan  dampak   yang   ditimbulkannya  lewat   film.
2.         Cara Mengatasi Secara Nasional
a.         Penerapan Konsep pembangunan berkelanjutan atau berkesinambungan yang berwawasan kepada lingkungan hidup.
Hendaknya pelaksanaan konsep tersebut jangan dibebankan hanya kepada pemerintah semata, mengingat keterbatasan institusi/lembaga pemerintah. Akan tetapi hendaknya menjadi beban atau tanggungjawab seluruh lapisan  masyarakat  Indonesia.
b.        Kebijakan penanggulangan emisi industri
Salah satu pilihan kebijakan yang perlu dipertimbangkan oleh pemerintah guna melestarikan lingkungan hidup adalah kebijakan pembatasan pencemaran yang bersumber dari sektor-sektor industri. Caranya, mulai dari pengenaan tarif pajak emisi, penerbitan izin emisi, penerapan penjatahan atau kuota emisi serta penetapan standar-standar teknis.
c.         Perlunya diversifikasi atau pengembangan energi alternatif
Sebenarnya pengembangan energi alternatif sebagai pengganti minyak dan gas bumi adalah kebutuhan yang sudah sangat mendesak. Akan tetapi kemauan pemerintah (political will) tersebut  hanya sebatas di tingkat wacana atau rencana, karena implementasinya sangat lemah dan tidak memuaskan.
Misalnya pengembangan teknologi dan alternatif energi minyak jarak masih jalan di tempat. Padahal tanpa sadar komitmen itu sudah lama diwacanakan. Juga tentang pembangunan PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) yang dicetuskan tahun 1997, namun sampai  kini  realisasinya  masih jauh dari harapan, dan bahkan masih menjadi perdebatan yang masih panjang.
Padahal jika tidak dari sekarang segera dicari alternatif pengganti minyak dan gas bumi, maka di masa yang akan datang akan menimbulkan kesulitan oleh karena kelangkaan energi yang bersumber dari kandungan bumi.
d.        Perlunya Budaya Hemat Energi
Meskipun langkah ini hanya bersifat himbauan, akan tetapi apabila terus menerus dikampanyekan secara baik dan simpatik dengan memberi contoh-contoh kongkrit akibat dari adanya pemanasan global, maka akan  dapat  merubah  sikap  dan  perilaku  untuk  hemat  energi.
e.         Sanksi Tegas 
Masih rendahnya penerapan sanksi terhadap mereka (perorangan maupun lembaga) yang melakukan pelanggaran menyebabkan pemanasan global (global warming) semakin serius dan dahsyat mengancam kehidupan manusia
f.         Keteladanan Pemimpin Nasional
 Dengan memberi contoh yang mengarah kepada pola hidup atau aktivitas yang bertujuan menjaga kelestarian lingkungan dan bumi  
3.         Cara Mengatasi Secara Individual
a.         Menghindari pemakaian AC secara berlebihan
b.        Membiasakan   memisahkan   limbah   organik   dan   non   organik
c.         Tidak terlalu  sering  menggunakan alat  kebutuhan  berbahan baku yang tidak mudah hancur dalam waktu singkat/cepat, seperti pemakaian alat kebutuhan terbuat dari plastik.
d.        Sedapat mungkin mengurangi pemakaian kendaraan bermotor pribadi yang sering menimbulkan gas buang CO2 dan menimbulkan pencemaran serta efek rumah kaca. Jika memungkinkan naik angkutan penumpang umum. Jika jarak dari rumah ke obyek yang dituju tidak terlalu jauh usahakan jalan kaki atau naik sepeda.
e.         Tidak berladang atau membuat pemukiman dengan membuka atau merusak hutan.
f.         Memaksimalkan pencahayaan dari alam seperti sinar matahari. Gunakan cat warna terang di tembok, gunakan genteng kaca plafon, maksimalkan pencahayaanmelalui jendela. Cara ini sangat ampuh untuk menghemat penggunaan listrik berlebihan.
g.        Matikan lampu tidak terpakai dan jangan tinggalkan air menetes. Selain menghemat energi dan air bersih, ini akan menghemat banyak tagihan listrik.
h.        Gunakan lampu hemat energi. Meskipun lebih mahal, rata-rata mereka lebih kuat 8 kali dan lebih hemat hingga 80 % dari lampu pijar biasa. lampu hemat energi sangat beragam jenisnya, ada lampu energi dengan bentuk XL seperti Philip. Akhir-akhir ini muncul lagi lampu hemat energi terbarukan yang pembuatannya berasal dari gabungan lampu LED (Light Emiting Diode). Lampu hemat energi sejenis LED akan mampu menghemat energi bahkan lebih dari 60% sehingga kebutuhan energi dalam negeri akan bisa tercukupi. Selain itu penggunaan energi yang berlebihan juga akan menimbulkan terjadinya pemanasan global. Sekarang kita bayangkan, di Indonesia masih banyak pembangkit listrik tenaga batubara.
i.          Hindari posisi stand by pada elektronik Anda! Jika semua peralatan rumah tangga kita matikan (bukan dalam posisi stand by) maka kita akan mengurangi emisi CO2 yang luar biasa dari penghematan energi listrik. Jika pengisian ulang baterai Anda sudah penuh, segera cabut! Telepon genggam, pencukur elektrik, sikat gigi elektrik, kamera, dan lain-lain. Jika sudah penuh segera cabut. Go rechargeable, gunakan peralatan dengan baterai yang bisa diisi ulang.
j.          Daur ulang aluminium, plastik, dan kertas. Akan lebih baik lagi jika Anda bisa menggunakannya berulang-ulang. Energi untuk membuat satu kaleng alumunium setara dengan energi untuk menyalakan TV selama 3 jam.
k.        Gunakan air dingin untuk mencuci dan cucilah dalam jumlah banyak. Jika Anda memiliki keluarga kecil, tidaklah perlu setiap hari mencuci. Kumpulkanlah sampai kapasitas mesin cuci Anda terpenuhi, hal ini akan menghemat air, mengurangi pemakaian listrik dan juga mengurangi pencemaran akibat deterjen Anda. Gunakan juga deterjen dan pembersih ramah lingkungan. Saat ini mungkin harganya memang lebih mahal. Tetapi bila Anda mampu, lakukanlah demi masa depan anak cucu kita.
l.          Gunakan bahan bakar alami atau yang dapat diperbaharui (di Indonesia tersedia bio solar dan bio pertamax). Luar biasa jika bisa Anda bisa menggunakan bahan bakar hidrogen. atau jika jarak dekat gunakanlah sepeda.
m.      Bawa tas yang bisa dipakai ulang. Bawalah sendiri tas belanja Anda, dengan demikian Anda mengurangi jumlah tas plastik/kresek yang diperlukan. Belakangan ini beberapa pusat perbelanjaan besar di Indonesia sudah mulai mengedukasi pelanggannya.
n.        Donasikan mainan yang sudah tidak pantas untuk umur anak Anda. Hal ini akan mengurangi produksi mainan-mainan yang hanya akan terus menghabiskan sumber daya bumi kita.
o.        Jika kita sering makan siang diluar kantor dengan bungkusan dan rutin, lebih baik jika Anda membeli kotak makan atau tempat minum yang kuat dan bisa dipakai berulang kali. Hindari media bungkus plastik atau stereofoam (Berasal dari minyak bumi dan susah untuk diuraikan).
p.        Gunakan kertas lebih sedikit. Gunakan e-mail internal Anda dan software perkantoran untuk membuat laporan internal. Cetaklah laporan/presentasi hanya jika diperlukan untuk melakukan kesepakatan dengan pihak luar.
q.        Edukasi kepada masyarakat mengenai Global Warming.
r.          Tanam pohon setiap ada kesempatan. Baik di lingkungan ataupun dengan berpartisipasi dalam program penanaman pohon. Bisa dengan menyumbang bibit, dana, dan lain-lain. Tergantung kesempatan dan kemampuan Anda sendiri.
G.      Penanggulangan Masalah Global Warming
Pemanasan global merupakan masalah multikompleks dan memiliki pengaruh dalam skala yang besar, yaitu mempengaruhi seluruh aktivitas manusia di dunia. Oleh karena itu, penanggulangan masalah pemanasan global bukanlah masalah bagi satu negara saja, bukan hanya masalah bagi Negara-negara industri saja, melainkan masalah bagi seluruh negara di dunia ini. Maka, sangat diperlukan kesadaran seluruh Negara di dunia untuk berkolaborasi menanggulangi pemanasan global ini.
Kesadaran dunia akan perlunya kolaborasi menghadapi peningkatan emisi karbon diwujudkan dalam Conference on Parties ke-13 United Nations Framework Convention on Climate ( COP ke-13 UNFCC ) tanggal 13 – 14 Desember 2007 di Denpasar, Bali. Indonesia turut berpartisipasi dalam konferensi ini.
Menjelang diselenggarakannya konferensi ini, berbagai kontroversi semakin banyak bermunculan dan semakin meningkat. Kontroversi itu antara lain mengenai rusaknya hutan diklaim sebagai penyabab utama meningkatnya pemanasan global. Indonesia dan negara-negara berkembang yang lainnya dalam hal ini berada dalam posisi yang tidak menguntungkan. Negara-negara maju terus menyalahkan negara berkembang, khususnya Indonesia, karena dianggap lalai menjaga kelestarian hutannya. Padahal kerusakan hutan bukanlah merupakan penyebab utama emisi karbon. Bila dicermati, penyabab utama terjadinya kejenuhan emisi karbon ini ternyata ada empat. 
1.         kelistrikan yang menyumbang 42%; 
2.         transportasi menyumbang 24%; 
3.         industri menyumbang sebesar 20%; 
4.         kependudukan serta penggunaan barang-barang komersial menyumbang 14% bagi emisi global.
Kerusakan hutan di negara-negara berkembang, khususnya Indonesia dipaksa ikut mempertanggungjawabkan meningkatnya pemanasan global. Meskipun negara-negara maju di Eropa dan Amerika Serikat sebagai pengemisi karbon terbesar di dunia justru telah lama kehilangan hutannya, mata dunia hanya tertuju kepada hutan negara berkembang yang dijadikan tumpuan menyerap karbon buangan negara maju.
Meningkatnya pemanasan global ini merupakan masalah bagi seluruh negara dan sudah sewajibnya setiap negara harus mengambil bagian dalam upaya penekanan pemanasan global ini. Oleh karena itu, sangat diharapkan agar keputusan yang diambil dalam konferensi yang diadakan bulan Desember adil bagi setiap negara, jangan ada negara yang merasa dirugikan dan ada yang diuntungkan.
Sebagai warga Negara Indonesia, berpendapat bahwa keputusan-keputusan yang seharusnya ditetapkan dalam konferensi tersebut antara lain :
1.         Menjaga kelestarian pohon dan hutan
Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbondioksida di udara adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbondioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya (Dinkes Kutai Kertanegara, 2009).
Pemeliharaan kelestarian hutan bukan hanya dilakukan oleh negara-negara berkembang yang masih mempunyai hutan saja, melainkan negara-negara maju yang dalam hal ini merupakan penyumbang emisi karbon terbesar harus turut mengambil bagian walaupun hutan mereka sudah sedikit atau bahkan habis. Negara-negara maju dapat mengambil bagian dengan cara bersama-sama negara berkembang mengumpul dana bagi pemeliharaan, turut serta melakukan riset untuk mempercepat proses reboisasi, dan mengirim tenaga-tenaga ahli untuk terjun langsung ke daerah yang hutannya mengalami kerusakan.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan penanaman sebanyak mungkin pohon, selama ini program penghijauan telah banyak dilakukan namun belum menampakkan keberhasilan. Hal itu disebabkan program penghijauan yang dilakukan selama ini masih mengalami banyak kekurangan.
Kekurangan yang teridentifikasi adalah: Pertama: pemilihan waktu yang tidak tepat. Biasanya penghijauan dilakukan pada bulan Pebruari setelah bencana banjir dan tanah longsor terjadi dimana-mana. Padahal musim hujan hampir berakhir, dengan demikian setelah hujan berakhir tumbuhan mati kekeringan. Kedua: pemilihan tumbuhan tidak memperhatikan kondisi iklim (ketinggian dan suhu) setempat. Hal tersebut dapat dilihat dari jenis tumbuhan sumbangan masyarakat tanpa sebuah kriteria. Ketiga: kegiatan sangat bersifat ceremonial dan kolosal namun tidak ada jaminan keberlanjutan, sehingga setelah penanaman tidak pernah ada monitoring (Prihanta, 2006)
2.         Mensosialisasikan tatacara penggunaan kendaraan bermotor (khususnya mobil) dengan seksama. Kalau tidak perlu sekali tidak perlu memakai kendaraan yang membuang banyak buangan energi tersebut. Sekilas solusi ini berdampak tidak menguntungkan bagi negara-negara maju, khususnya negara industri kendaraan bermotor (khususnya mobil), namun keputusan ini agaknya sudah tepat, negara-negara maju justru harus lebih berinovasi untuk membuat mobil yang ramah lingkungan.
3.         Green Building. Salah satu gagasan yang dianggap dapat mengurangi pemanasan global dan kerusakan lingkungan adalah green building. Definisigreen building menurut Zigenfus (2008: 9) mengutip definisi dari The United States Environmental Protection Agency (USEPA) adalah pembangunan struktur bangunan dengan menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien di seluruh lifecycle bangunan mulai dari penentuan desain, konstruksi, pemanfaatan, pemeliharaan, renovasi, dan dekonstruksi. (Deka et al, 2014)
4.         Mensosialisasikan pada pabrik-pabrik untuk menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan dalam menghasilkan barang jadi. Masyarakat pun diminta untuk memilih dengan seksama barang-barang terutama disarankan untuk membandingkan dan memilih produk yang paling kecil resikonya terhadap lingkungan.
5.         Efesiensi Penggunakan Energi Bahan Bakar Fosil
Bahan bakar fosil, merupakan sumber cemaran CO2 terbesar. walaupun sebagian mampu diikat oleh jasa biologis pepohonan dalam proses fotosintesis. Namun demikian kandungan lainnya yang tercampur dengan bahan cemaran tersebut seperti aerosol, kadar debu dan kandungan kimiannya, cenderung meningkatkan GRK. Melalui kesadaran untuk efesiensi dalam penggunaan bahan bakar fosil, nampaknya merupakan alternatif yang dinilai positif. Kesadaran tersebut mulai muncul dengan perancangan pemanfaatan energi surya sebagai sumber penerangan dan atau kini sedang diuji pemanfaatanya untuk kepentingan otomotif.
6.         Mengikat dan Mendaur Ulang CO2
Secara umum telah diketahui bahwa secara alamiah dalam kaitannya dengan CO2 terdapat dua proses yang berlawanan; yaitu proses fotosintesis dan pernafasan. Dalam proses fotosistensis hanya dapat dilakukan oleh hijau daun; dimana CO2 diolah menjadi gula dengan bantuan cahaya matahari sebagai sumber energinya. Sedangkan hasil samping yang diperoleh adalah O2 (oksigen).
Selanjutnya gula dimanfaatkan untuk membentuk bagian dari tubuh tumbuhan (batang, akar dan daun), dengan demikian semakin banyak biomassa hijau, berarti pula semakin banyak CO2 yang diikat (diserap), demikian halnya dengan oksigen yang diproduksi.  Dalam proses pernafasan adalah sebaliknya; bahwa dalam tubuh memerlukan energi untuk pembakaran. Kedua proses tersebut berjalan bersamaan, dan secara lamiah bahwa hasil proses fotositesis lebih besar dibanding dengan proses pernafasan.
Oleh karena itu jumlah CO2 yang diserap jauh lebih besar, berarti proses fotosintesis membantu dalam mengurangi jumlah CO2  pada atmosfer.  Jika menggunakan bahan bakar kayu untuk kepentingan rumah tangga dan atau lainnya, maka jumlah CO2 yang dihasilkan cukup besar. Dengan dalih bahwa kayu yang dimanfaatkan diimbangi dengan laju pertumbuhan hutan, maka besaran emisi CO2 di udara jumlahnya akan tetap dan tidak menjadi bertambah.
Sebuah aspek yang cukup menarik adalah pohon randu (Ceiba petandra), dulu diman-faatkan sebagai pengisi kasur dan bantal; akan tetapi sekarang justru tersingkir oleh karet busa. Karet busa diproduksi dengan menggunakan CFC di pabrik, dan merupakan sumber ozon di stratosfer. Untuk itu mempromosikan kembali untuk menggunakan kasur dan bantal dengan kapuk merupakan cara yang sehat dan membantu mengurangi ERK.
H.      Beberapa Aspek Pemberdayaan Masyarakat  Dalam Pelestarian Hutan 
Masyarakat baik di pedesaan dan atau diperkotaan dan peralihannya, pada hakekatnya cenderung mendambakan atas kenyamanan lingkungan hidupnya. Oleh sebab itu masyarakat juga berkepentingan terhadap sumber-sumber kenyamanannya yang berarti pula masyarakat tergolong salah satu  stake holder. yang harus bersama-sama dengan pihak yang berkepentingan untuk ikut serta bertanggung-jawab terhadap upaya-upaya pengen- dalian pemanasan global.  Di lingkungan perkotaan, kenyamanan nampaknya kini menjadi persyaratan mutlak yang harus dipenuhi, terlebih lagi di kawasan-kawasan permukiman, dimana keteduan, keredupan dan kesan pandang menjadi indaman bagi para huniannya. Secara alami makana kenyamanan lingkungan hidup diilustrasikan sebagai berikut:
Dengan mencermati rumus fotosistesis yang sederhana di atas, nampaknya jelas bahwa kenyamanan lingkungan permukiman sangat dipengaruhi oleh kemampuan kawasan hijau untuk mengikat dan atau mendaur ulang jumlah polutan yang didominan oleh C02 .Dalam kaitannya dengan pelestarian hutan dan atau kawasan hijau di wilayah perkotaan, yang dinilai mampu sebagai pengendali dan pencegah terhadap pemanasan global, tampaknya partisipatif masyarakat perlu digalang dan dipacu untuk ikut serta dalam pelestariannya dalam pada itu aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam pemberdayaan masyarakat meliputi hal-hal sebagai berikut:
1.         Aspek kesadaran pentingnya hutan (kawasan hijau) sebagai salah satu penyangga kenyamanan lingkungan hidup;
2.         Aspek peningkatan pengetahuan masyarakat dalam kaitannya dengan multiguna peranan  fungsi hutan (kawasan hijau); 
3.         Aspek ekonomi, memberikan informasi dan peluang untuk bekerja dan berusaha pada sektor perhutanan;
4.         Aspek sosial, dimana hutan merupakan bagian hidup bagi masyarakat, karena produk oksigen dari pepohonan hutan merupakan kebutuhan esensial bagi setiap insan kehidupan;
5.         Aspek pengaman, dimana hutan (kawasan hijau) merupakan kawasan penyangga baik terhadap kesuburan tanah, air dan kehidupan satwa liar.
I.          Fakta Dan Realitas Pemanasan Global   
a.        Mengapa Pemanasan Global Terjadi ? 
Pemanasan global merupakan meningkatnya temperatur di planet bumi secara global yang menimbulkan dampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap masa depan bumi termasuk manusia dan makhluk hidup lain. Peningkatan temperatur bumi tersebut meliputi temperatur atmosfir, laut dan daratan bumi. Hampir semua para ahli yang memiliki kepedulian dan perhatian terhadap fenomena peningkatan temperatur bumi mensinyalir atau menuding bahwa penyebab kenaikan temperatrur bumi tersebut adalah aktivitas-aktivitas manusia yang mendorong timbulnya gas efek rumah kaca.
Berbagai aktivitas manusia yang memicu peningkatan gas efek rumah kaca antara lain kegiatan industri, pembabatan dan kebakaran hutan secara terus-menerus, pembakaran pada kendaraan bermotor, kegiatan peternakan dan lain-lain. Pemicu atau penyumbang gas efek rumah tangga yang dianggap paling dominan adalah kegiatan industri, pembakaran pada kendaraan bermotor, dan perambahan dan kebakaran hutan secara terus-menerus. Sumber dari segala sumber energi yang terdapat di bumi berasal dari matahari.
Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan bumi. Permukaan bumi akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar.
Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Akibat yang ditimbulkan oleh pemanasan global sudah terasa di berbagai negara. Adapun akibat  yang ditimbulkan dari efek rumah kaca itu selain pemanasan global, antara lain : iklim mulai tidak stabil sehingga sering terjadi ketidakteraturan cuaca dan sering terjadi badai-badai yang besar. Selain itu bencana-bencana kekeringan sering terjadi di berbagai belahan bumi (Anonim, 2009), beberapa efek lainnya sebagai berikut:
1)        Iklim mulai tidak stabil sehingga sering terjadi ketidakteraturan cuaca dan sering terjadi badai-badai yang besar. Selain itu bencana-bencana kekeringan sering terjadi di daerah belahan bumi lainnya.
2)        Perubahan ekologi. Tumbuhan dan hewan secara langsung akan terpengaruh perubahan iklim, akibatnya tumbuhan dan hewan akan punah karena tidak bisa beradaptasi. Di satu sisi populasi hewan dan tumbuhan akan bertambah banyak, misalnya nyamuk akan cepat berkembang bahkan sampai ke daerah pegunungan jika suhu pegunungan menjadi hangat.
3)        Dengan perubahan cuaca akan berakibat secara tidak langsung muncul wabah penyakit, gagal panen, bencana alam dan sebagainya.
Data satelit mengindikasikan bahwa es laut Arktik, gletser, salju musim dingin, dan es Greenland hanya melontarkan sedikit energi kembali ke luar angkasa sejak 1979 hingga 2008. Itu terlihat dari semakin sedikitnya bayangan cahaya putih di atas tanah atau air, yang jauh lebih gelap dan menyerap lebih banyak panas. Studi memperkirakan bahwa es dan salju di belahan bumi utara kini merefleksikan energi surya sekitar 3,3 watt per meter persegi ke lapisan atmosfer atas, menurun 0,45 watt per meter persegi sejak akhir 1970-an. "Efek pendinginan tereduksi, dan ini meningkatkan jumlah energi surya yang diserap bumi," kata Mark Flanner, staf pengajar di University of Michigan dan peneliti utama studi. "
Temuan Flanner dan tim ilmuwan Amerika telah dipublikasikan dalam jurnal Nature Geoscience. "Kesimpulannya adalah bahwa cryosfer, area es dan salju, sangat sensitif dan juga mendorong perubahan iklim yang jauh lebih kuat daripada dugaan semula". Semakin banyak lahan dan air yang terekspos pada sinar matahari, semakin banyak panas yang terserap dan akhirnya mempercepat melelehnya salju serta es di sekitarnya. Es laut Arktik, misalnya, menyusut tajam dalam beberapa dasawarsa terakhir sesuai dengan kecenderungan yang menurut tim panel Perserikatan Bangsa-Bangsa disebabkan oleh gas rumah kaca dari pembakaran bahan bakar fosil.
b.        Kepedulian Masyarakat Internasional terhadap Lingkungan Hidup Khususnya Pemanasan Global 
Berbagai upaya pengendalian pencemaran lingkungan hidup dilakukan dengan memperkuat sanksi dan memperluas jangkauan peraturan-peraturan tentang pencemaran lingkungan hidup. Lahirnya Keppres Nomor 77 Tahun 1994 tentang Organisasi Bapedal sebagai acuan bagi pembentukan Bapedalda di daerah. Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1982, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1994 dan Keppres Nomor 7 tahun 1994 yang berhubungan dengan pengelolaan lingkungan hidup.
Fenomena pemanasan global sebagaimana yang telah diuraikan di atas, telah dirasakan oleh manusia di dunia. Berbagai kalangan internasional baik para individu, kelompok sosial masyarakat (LSM), badan-badan pemerintah, badan-badan non pemerintah maupun lembaga internasional mengkhawatirkan bahwa fenomena pemanasan global ini jika dibiarkan akan berdampak luas dan akan mengancam kelangsungan kehidupan di dunia. Sebagaimana yang sering kita dengar bahwa negara-negara di dunia secara bersama-sama menunjukkan perhatian terhadap fenomena pemanasan global yang sedang terjadi.
Pada bulan Desember 2009 telah dilaksanakan pertemuan PBB terkait dengan kesepakatan Copenhagen, yang agenda utamanya membahas mengenai isu lingkungan dan kelanjutan akhir dari periode kesepakatan Kyoto yang akan berakhir tahun 2012. Salah satu kesepakatan Kyoto adalah mendesak 37 negara industri maju untuk menurunkan emisi gas rumah kaca rata-rata 5 persen dibandingkan emisi tahun 1990 selama lima tahun dari 2008-2012. Merujuk pada perjanjian bahwa setiap negara maju harus memenuhi target penurunan emisi gas rumah kaca terutama di masing-masing Negara.
Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca. Pada Konferensi Perubahan Iklim atau UNFCCC di Nusa Dua Bali pada tahun 2007, Delegasi Indonesia meluncurkan program Reducing Emissions from Deforestation in Developing Countries (REDD) sebagai salah satu upaya menanggulangi pemanasan global. Indonesia melalui Menteri Kehutanan dan Menteri Negara Lingkungan Hidup akhirnya meluncurkan REDD.
Usulan REDD ini akan dibawa dalam perundingan tingkat tinggi Konferensi Perubahan. Iklim yang akan dihadiri sejumlah kepala negara tanggal 12 - 14 Desember 2007. Menurut Menteri Kehutanan MS Ka'ban, REDD akan menguntungkan negara yang masih memiliki hutan termasuk Indonesia. Namun usulan Indonesia tersebut ditentang oleh sejumlah LSM, karena dinilai bukan solusi yang tepat bagi perbaikan hutan di Indonesia. Para aktivis lingkungan kemudian menggelar aksi unjuk rasa.
Sementara aktivis Lingkungan Internasional lainnya juga menggelar aksi unjuk rasa di depan ruang konferensi UNFCCC. Mereka mendesak para delegasi agar segera menghasilkan draf usulan yang lebih nyata dalam upaya mencegah dan menanggulangi perubahan iklim akibat pemanasan global (Masudin dan Sup, tt.).  Sebagai negara yang telah meratifikasi UNFCCC melalui Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perseikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perubahan Ikim), Indonesia telah menjadi salah satu negara yang mempunyai kepedulian tinggi terhadap lingkungan hidup dan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
Anonim (tt.) Konferensi PBB tentang lingkungan Hidup di Stockholm pada tahun 1972, telah menetapkan tanggal 5 Juni setiap tahunnya untuk diperingati sebagai Hari lingkungan Hidup Sedunia. Kesepakatan ini berlangsung didorong oleh kerisauan akibat tingkat kerusakan lingkungan yang sudah sangat memprihatinkan. Di Indonesia perhatian tentang lingkungan hidup telah dilakukan sejak tahun 1960-an.
Tonggak pertama sejarah tentang permasalahan lingkungan hidup dipancangkan melalui seminar tentang Pengelolaan lingkungan Hidup dan Pembangunan Nasional yang diselenggarakan di Universitas Padjajaran pada tanggal 15 - 18 Mei 1972. Hasil yang dapat diperoleh dari pertemuan itu yaitu terkonsepnya pengertian umum permasalahan lingkungan hidup di Indonesia. Dalam hal ini, perhatian terhadap perubahan iklim, kejadian geologi yang bersifat mengancam kepunahan makhluk hidup dapat digunakan sebagai petunjuk munculnya permasalahan lingkungan hidup.
J.      Hubungan Lingkungan dan Bisnis
Beberapa upaya untuk mencegah pemanasan global (global warming) sedang dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli dengan keadaaan lingkungan dan nasib manusia generasi mendatang. Adanya perkembangan industri yang menjadi salah satu penyebab terjadinya pemanasan global (global warming) membuat kelompok yang peduli lingkungan, mulai dari peneliti, edukator, aktivis lingkungan hidup, serta pihak lain berusaha meyakinkan para pemilik atau manajer perusahaan melalui fakta-fakta hasil observasi untuk mempertimbangkan lingkungan sebagai salah satu aspek pertanggungjawaban perusahaan terhadap kelangsungan planet bumi ini.
Walaupun pada kenyataannya para manajer bisnis lebih mempertimbangkan profit yang harus diperoleh sebagai pertanggungjawaban kepada pemegang saham sebagai prioritas utama dibandingkan mereka mempertimbangkan perlindungan lingkungan.  Menurut Brooks (2004) dalam Martusa (2009) aliran profit-only menyatakan bisnis ada hanya untuk menghasilkan profit dan bertanggung jawab kepada pemegang saham (shareholder). Sebaliknya, aliran mandate for bussiness menyatakan bahwa bisnis dan masyarakat ada suatu saling ketergantungan dalam mencapai tujuannya. Jadi bisnis seharusnya bukan hanya fokus pada pemegang saham (shareholder) saja, tetapi juga kepada pihak-pihak lain yang terkait (stakeholder).
Menurut Yakhou dan Dorweiler (2004) ada beberapa poin yang dapat menunjukkan bahwa kebijakan bisnis dan lingkungan harus terintegrasi, yaitu:
1.         Bisnis mempunyai misi yang dirumuskan oleh dewan komisaris mempunyai tujuan utama mengembangkan perusahaannya dan mensejahterakan pemegang sahamnya. Agar perkembangan perusahaan dan kesejahteraan pemegang saham dapat bertahan dalam jangka panjang, maka para pembuat kebijakan di perusahaan harus memperhatikan lingkungan sebagai tempat berdomisili, bahkan seluruh dunia.  Jika perusahaan mengabaikan lingkungan, maka sebagai akibatnya perusahaan akan menerima akibat buruk dari lingkungan sekitarnya; 
2.         Bisnis mempunyai tujuan mengembangkan perusahaannya melalui pengelolaan sumber-sumber dayanya. Pengelolaan sumber daya pada perusahaan tersebut harus mempertimbangkan lingkungan sebagai faktor yang menentukan dalam jangka waktu yang panjang;
3.         3. Bisnis mempunyai strategi pengelolaan sumber daya secara cost efectiveness. Strategi ini akan dapat dicapai jika lingkungan dipertimbangkan dalam perumusan strategi tersebut; 
4.         Bisnis dalam keberlangsungan proses produksinya membutuhkan sumber-sumber daya. Sumber- sumber daya tersebut akan dapat diperoleh secara terus menerus, apabila perusahaan memperhatikan penggunaan sumber daya yang berasal dari lingkungan/alam; 
5.         Bisnis mempunyai taktik untuk memaksimumkan produktivitasnya. Kelancaran produktivitas perusahaan dan kelangsungannya dalam jangka panjang sangat bergantung pada lingkungan sekitarnya. 6. Bisnis butuh pengendalian dan pengawasan yang tertuang dalam pelaporan keuangan (financial reporting). Salah satu unsur dalam pelaporan keuangan saat ini di beberapa negara adalah laporan tentang lingkungan. 
Menurut Porter dan Kramer (2006) saat ini pertanggungjawaban lingkungan (Corporate Social Responsibility) merupakan salah satu strategi dari perusahaan.  Pada era masyarakat yang mulai peduli lingkungan, Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan komponen wajib dan bukan lagi pilihan bagi perusahaan. Beberapa perusahaan seperti Ben & Jerry’s, Newman’s Own, Patagonia, dan Body Shop telah mengelompokkan diri dengan membuat komitmen jangka panjang terhadap CSR. Pada contoh beberapa perusahaan ini menunjukkan bahwa bisnis dan masyarakat mempunyai hubungan saling ketergantungan. Bisnis memerlukan masyarakat sebagai pembeli dan pemberi dana dan masyarakat juga perlu bisnis untuk produk-produk yang dihasilkannya. Hubungan bisnis dan masyarakat dapat dimasukkan sebagai unsur-unsur dalam strategi perusahaan untuk berkompetisi.

BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Global Warming/Pemanasan global telah menjadi permasalahan yang menjadi sorotan utama umat manusia. Fenomena ini bukan lain diakibatkan oleh perbuatan manusia sendiri dan dampaknya diderita oleh manusia itu juga. Untuk mengatasi pemanasan global diperlukan usaha yang sangat keras karena hampir mustahil untuk diselesaikan saat ini. Pemanasan global memang sulit diatasi, namun kita bisa mengurangi efeknya.
Penanggulangan hal ini adalah kesadaran kita terhadap kehidupan bumi di masa depan. Apabila kita telah menanamkan kecintaan terhadap bumi ini maka pmanasan global hanyalah sejarah kelam yang pernah menimpa bumi ini. Dampak pemanasan global akibat efek rumah kaca, nampaknya kini menjadi tanggung- jawab bersama mengingat bahwa ancaman-ancamanya mulai dapat dirasakan.
Upaya pengendalian terhadap pemanasan global dinilai belum terlambat; serta keyakinan para pakar lingkungan bahwa pepohonan baik dalam bentuk hutan, budidaya pertanian dan atau lainnya mampu untuk mengegah dan mengendalikannya. Untuk itu menggalakan partisipasi masyarakat untuk ikut berkiprah merupakan pendekatan yang dinilai  cukup strategis. Penyuluhan atas peranan fungsi jasa biologis, ekologis dan hidrologis kawasan hijau, nampaknya perlu diperdayakan kepada masyarakat secara luas; mengingat bahwa pepo- honan merupakan bagian dari kehidupan setiap insan.
B.       Saran
Kita hidup di Bumi bersama seluruh mahluk hidup yang tak terhitung banyaknya. Mari kita menjaga tempat tinggal kita ini dengan menjaga kelestariannya. Menanam pohon, hemat air, hemat tenaga yang mengandung gas adalah sedikit upaya untuk terus menjaga kelestarian bumi kita dan melindungi lapisan Ozon yang mulai merusak. Ayo kurangi efek Global Warming!

DAFTAR PUSTAKA
1.         Perubahan Iklim Global Jangka Pendek. Fakultas Teknik Universitas Diponegoro : Semarang.
2.         Bahri, Sjamsul dan T. Syafriati. 2011. Mewaspadai Munculnya Beberapa Penyakit Hewan Menular Stategis di Indonesia. Vol. 21:1.
3.         Deka et al. 2014. Studi Implementasi Green Building di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Universitas Sebelas Maret : Surakarta.
4.         Ardhyarini, Nila. 2009. Pola Migrasi Masyarakat Kota Semarang sebagai Akibat
5.         Dinkes Kutai Kertanegara, 2009. Global
6.         Kusmiyati, et al. 2005. Leptospirosis pada Hewan dan Manusia di Indonesia. Wartazoa 15(4): 213 – 220.
7.         Prihanti, Wahyu. 2006. “Rehabilitasi Lingkungan Integratif dan Kontinyu”. Makalah Seminar Regional, Pusal Studi Lingkungan dan Kependudukan Universitas Muhammadiyah : Malang, Mei 2007.
8.         Prihanta Wahyu. 2011. Adaptasi dan Mitigasi Global Warming Sebagai Upaya Menyelamatkan Kehidupan di Bumi. Vol. 14:1. Universitas Muhammadiyah : Malang.
9.         Kay, B.H. and J.G. Aaskov. 1989. Ross River virus (epidemic polyarthritis). In: The Arboviruses: Epidemiology and Ecology, Vol. 4. MONATH, T.P. (Ed.). Boca Raton: CRC Press. pp. 93 – 112.
10.     McMichael, A.J. and R.E. Woodruff. 2008. Climate change and infectious diseases. In the social ecology of infectious diseases 1st Edition. MEYER, K.H. and H.F. PIZER (Eds.). 2008. London. Academic Press Elsevier pp. 378 – 407.
11.     Waryono., Tarsoen,. 1990. Konsepsi Pembangunan Hutan Kota Berwawasan Lingkungan. Jurusan Geografi FMIPA Universitas Indonesia.
12.     Hanapiah Muhi, Dr.Ir.H. Ali. 2011. Praktek Lingkungan Hidup. MP Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Jatinangor, Jawa Barat.

13.     Gore, Al., 2007. Suatu Kebenaran yang Tidak Menyenangkan, Pemanasan Global (Global Warming).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar